Mohon tunggu...
Riyana Mustikawaty
Riyana Mustikawaty Mohon Tunggu... Guru - guru

saya hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problem Based Learning Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Matriks Peserta Didik Kelas XI SMA N 1 Bandar Negeri Suoh

27 November 2023   10:00 Diperbarui: 27 November 2023   10:06 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MATRIKS PESERTA DIDIK KELAS XI 

SMA NEGERI 1 BANDAR NEGERI SUOH 

Riyana mustikawaty

SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh

ABSTRAK

Pembahasan pada laporan best practice ini yaitu tentang "Problem Based Learning (PBL) Meningkatkan hasil Belajar Matematika Materi Matriks Peserta didik Kelas  SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh" sengaja penulis pilih untuk memecahkan permasalahan pada kompetensi. 4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan sifat-sifat determinan dan invers matriks berordo 3 x 3. Hal itu dilakukan karena hasil belajar Matematika peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023/2024 rendah. Oleh karena itu penulis berusaha memecahkan permasalahan pada kompetensi dasar tersebut dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Adapun tujuan penulisan laporan best practice ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika pada Relasi dan Fungsi. Adapun yang menjadi subjek Penerapan pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL) adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh. Pelaksanaan pembelajaran dengen model Problem Based Learning (PBL) sangat efektif dan berdampak pada peningkatan hasil belajar secara klasikal. Kesimpulan yang dapat diambil pada laporan best practice ini yaitu, pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) sebaiknya mengikuti langkah-langkah sesuai prosedur pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL). Dampak positif dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran  kelas XI SMA Negeri 1  materi Matriks yaitu adanya peningkatan hasil belajar peserta didik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata ketuntasan klasikal yang pada kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh 73 dan ketuntasan klasikal sebesar 45,62 % menjadi nilai rata-rata 75 dan ketuntasan klasikal sebesar 85,71 % (137 orang).

Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Metode Problem Based Learning (PBL), Prestasi, Matriks

 PENDAHULUAN

Belajar matematika harus menekankan pada pembelajaran pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sikap ilmiah biasa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi atau kerja kelompok karena pada saat itulah berlangsung kerjasama sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Dengan demikian tugas guru adalah membangkitkan semangat belajar peserta didik dan meningkatkan partisipasi mereka dengan cara menciptakan suasana belajar yang dinamis, harmonis, menarik dan menciptakan komunikasi dua arah.

Guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Oleh karena itu, apabila guru mengajar tanpa memperhatikan kemampuan peserta didik sebelum materi diajarkan, guru tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar dan hanya sebagian peserta didik yang mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Model pembelajaran matematika yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri didalam proses pembelajaran adalah model Pendekatan Problem Based Learning (PBL), yaitu membelajarkan kepada siswa ketrampilan dan kerja sama dan berkolaborasi.

Setiap belajar matematika sering ditemukan siswa yang kurang aktif dan kurang respon terhadap materi yang diajarkan. Pelajaran juga lebih didominasi oleh anak yang memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi, akibatnya siswa yang lemah dari sisi intelektual merasa terkalahkan, dalam hal ini sering menimbulkan masalah dalam pembelajaran matematika dikelas yang berdampak pada hasil pembelajaran yang tidak merata.

Model Pendekatan Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran kooperatif. Peserta didik belajar dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor. Setelah guru menjelaskan materi kemudian guru memberikan tugas dan masing- masing kelompok mengerjakan, kemudian kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka. Dengan jawaban tersebut teman dari kelompok lain memberi tanggapan. Terakhir guru menyimpulkan jawaban dari peserta didik.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimanakah dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika materi Matriks dapat meningkatkan aktivitas peserta didik di SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh kelas XI. (2) Bagaimanakah dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika materi Matriks dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Bandar Negeri suoh kelas XI.

Tujuan makalah Best Practice dari ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika materi Matriks dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh. (2) Meningkatkan hasil belajar matematika materi Matriks dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Belajar

Sumadi Suryabrata (2004: 232), mengatakan bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensial) yang menghasilkan kecakapan baru karena adanya usaha. Schunk (2012: 3) menyebutkan bahwa,"learning is an enduring change in behavior, or in the capacity to behave in given fashion, which result from practice or other forms of experience". Belajar adalah perubahan perilaku, atau dalam kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk lain dari pengalaman.

Menurut Rusman (2014: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada suatu tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan perilaku dan proses memperoleh pengetahuan baru yang dibangun dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Kegiatan belajar tidak hanya mengenalkan pengetahuan baru tetapi juga memperkuat pengetahuan yang sudah ada.

Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 26).

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar". Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Arikunto Suharsimi, 2009: 24).

Hasil tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misal dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebaginya.

Hamzah B. Uno (2009:213) mengatakan hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan

Pembelajaran Matematika SMA

Pembelajaran menurut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Rusman, dkk (2012: 15) pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi, dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sangat penting di dalam menjalankan proses pembelajaran karena akan ikut menentukan motivasi siswa dalam belajar dan menyukai matematika.

Schunk (2012: 222) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut, "instruction is a set of external events designed to facilitate internal learning processes". Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk memfasilitasi proses belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah interaksi siswa dengan sumber belajar yang dirancang, dilaksanakan, dimonitoring dan dievaluasi oleh guru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam kegiatan pembelajaran.

Herman Hudojo (2005: 107) menyatakan bahwa belajar matematika berarti belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Sedangkan Sri Wardhani (2010: 7) mengatakan mengingat bahwa objek matematika yang dipelajari siswa adalah objek mental atau objek pikiran, maka secara umum pengelolaan pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental (intelektual) siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika SMA adalah pembelajaran matematika sekolah di tingkat SMA yang telah ditetapkan pemerintah untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran matematika pada tingkat SMA.

Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

Teori konstruktivis tentang belajar sebagai landasan filosofis pendekatan Problem Based Learning memberikan penekanan pada kebutuhan siswa untuk melakukan investigasi pada dunianya dan membangun pengetahuan bermakna secara individual. Pembelajaran ini mengharuskan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar yang dimulai dengan pemecahan suatu masalah.

Menurut Arends & Kilcher (2010: 326) menyatakan bahwa "problem based learning is a student centered approach that organizes curriculum and instruction around carefully crafted " ill structured " and real world problem situations". Artinya PBL adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana intruksi dan kurikulumnya disekitar masalah yang tersusun dalam situasi masalah dunia nyata. Lebih lanjut Arends & Kilcher (2010: 328) menyatakan bahwa "problem-based learning promotes achievement and higher-order thinking. Learning activities that involve thinking, problem solving, and understanding often have more positive effects on student achievement than do more traditional teaching methods". Pernyataan ini mengandung arti bahwa PBL dapat meningkatkan prestasi belajar dan berpikir tingkat tinggi. Aktivitas belajar yang melibatkan pemikiran, pemecahan masalah, dan pemahaman sering memiliki pengaruh lebih bagus pada hasil belajar peserta didik daripada menggunakan metode pengajaran yang lebih tradisional.

Menurut Uden & Beaumont, (2006: 29) menyatakan: Unlike conventional learning, Problem Based Learning takes an integrated approach to learning based on the requirements of the problem as perceived by the learners. Makna yang tersirat dalam pernyataan di atas tidak seperti belajar secara konvensional, PBL menggunakan pendekatan terintegrasi dalam belajar yang mensyaratkan adanya masalah yang dapat dirasakan oleh siswa. Sedangkan Arends (2012:396) mengungkapkan bahwa the essence of problem-based learning consists of presnting students with authentic and meaningful problem situations that can serve as springboards for investigations and inquiry. Hal ini bermakna bahwa esensi dari problem-based learning adalah menghadapkan siswa pada masalah yang autentik dan bermakna bagi siswa serta dapat mendorong siswa melakukan kegiatan penyelidikan dan penemuan.

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Kinerja

 Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan penulis, kondisi awal peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh tahun pelajaran 2023/2024 dapat diketahui bahwa hasil belajar mereka, terutama pada materi matriks masih kurang sehingga tidak dapat memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Nilai hasil belajar mereka masih dibawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu 70.

Sebelum kegiatan PPL dilaksanakan, saya masih mengalami beberapa   permasalahan seperti:

1. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang rendah dalam pelajaran matematika

2. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada materi matriks masih di bawah KKM

3. Peserta didik enggan mengikuti pembelajaran

4. Peserta didik lebih tertarik mengobrol dengan teman daripada menyimak pembelajaran

5. Peserta didik banyak bergurau dan bercanda dengan temannya

6. Peserta didik sering menyandarkan kepala di meja (mengantuk) ketika pembelajaran

Hal itu juga disebabkan oleh kurang memaksimalkan TPACK, serta metode dan media pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional (ceramah) dan jarang menggunakan media pembelajaran yang sesuai.

Proses pelaksanaan pembelajaran Matematika di SMA N 1 Bandar Negeri Suoh secara umum dilaksanakan dalam aktivitas kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Pembelajaran Matematika dengan materi Matriks ditingkat SMA kelas XI. Pada prinsipnya mata pelajaran Matematika bertujuan untuk meningkatkan daya kreativitas peserta didik, dengan kemampuan kreatif dan dibantu dengan teknologi dasar sebagai sistem kerja yang akurat akan menghasilkan kompetensi keterampilan tinggi. Pada perkembangannya, proses belajar seperti ini tidak mampu menggali potensi peserta didik, kreatifitas peserta didik tidak berkembang, dan efektivitas pembelajaran tidak tercapai, peserta didik merasa bosan jenuh, pada akhirnya peserta didik menjadi stress, yang berimbas pada hasil belajar peserta didik yang rendah.

Mengapa praktik ini penting untuk dibagikan?

Karena masih banyak guru yang menghadapi kendala serupa, sehingga   dengan praktik ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan semangat baru untuk semua pihak khususnya saya dan bapak/ibu guru lain pada umumnya.

Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat banyak peserta didik yang belum menguasai mata pelajaran Matematika, hal ini dikarenakan pemilihan metode pembelajaran sebelumnya kurang tepat. Prinsip mata pelajaran Matematika adalah kreativitas,dengan kemampuan kreatif dan dibantu dengan teknologi dasar sebagai sistem kerja yang akurat akan menghasilkan kompetensi keterampilan tinggi. Oleh sebab itu, perlu untuk menerapkan metode pembelajaran sebagai upaya menggali potensi, kreativitas anak didik efektif dalam pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) sebagai sentral pendidikan.

Dengan metode ini baik guru matematika maupun siswa SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh yang ada di kelas XI akan sadar tentang potensinya, sehingga guru berusaha meningkatkan cara mengajarnya dan peserta didik berusaha untuk menggali serta mengembangkan minat belajarnya.

Objek dari suatu penulisan ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi Matriks pada kelas XI SMA Negeri 1 , semester Gasal Tahun Pelajaran 2023/2024 yang berjumlah 160 peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) yaitu pembelajaran dengan peserta didik berkelompok dan saling bekerja sama serta bekerja sama dalam kelompok untuk mendapatkan jawaban dari tugas yang diberikan agar dapat menjawab dengan benar.

Hasil ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika peserta didik memperoleh nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika sebesar 70. Sedangkan secara klasikal ditetapkan jika jumlah peserta didik yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas mencapai 80 %.

Peran dan tanggung jawab dalam praktik ini adalah

Guru memiliki tanggung jawab besar dalam proses belajar mengajar yang variatif, inovatif dan kreatif sehingga mampu memberikan motivasi kepada peserta didik, tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil yang maksimal.

Perencanaan

Pada kegiatan Best Practice peningkatan hasil belajar materi dengan menggunakan Matriks kombinasi pendekatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh, penulis membuat perencanaan yaitu membuat RPP, Merencanakan Pembagian Kelompok Pembelajaran, Menyiapkan Lembar Kerja Peserta Didik, Membuat Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Penulis bersama kolaborator mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan Matriks pada  kelas XI dan mendiskusikan cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman tentang menghitung dengan konsep Matriks.

Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL) di kelas XI SMA N 1 Bandar Negeri Suoh Semester Gasal Tahun Pelajaran 2023/2024 adalah sebagai berikut:

Penulis mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa, memeriksa kehadiran peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas, menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, melaksanakan apersepsi dan memotivasi siswa. dengan berdoa dan dilanjutkan dengan pengkondisian kelas terlebih dahulu. Selanjutnya penulis menyampaikan sedikit penjelasan tentang matriks agar peserta didik ada gambaran tentang apa yang akan didiskusikan dan menyampaikan tatacara belajar kelompok dengan Problem Based Learning (PBL). Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai terlebih dahulu mengkondisikan kelas agar proses pembelajaran berjalan sesuai rencana, diantaranya menyiapkan kelas, berdoa dan membaca asmaul husna, dan mengucapkan salam, mengabsen peserta didik terlebih dahulu, menyapa, mengingat kembali pelajaran sebelumnya yang ada kaitannya dengan materi matriks.

Evaluasi

Pelaksanaan Problem Based Learning (PBL). Dalam pelaksanaan di kelas XI SMA N 1 Bandar Negeri Suoh Semester Gasal Tahun Pelajaran 2023/2024 terdapat kelebihan dan  kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai

berikut:

  • Memudahkan dalam pembagian tugas
  • Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya
  • Bisa digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik
  • Setiap siswa menjadi siap semua
  • Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
  • Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik  yang kurang pandai.

Peserta didik  yang berhasil memenuhi KKM maka melakukan pengayaan dan pendalaman materi, sedangkan peserta didik  yang belum memenuhi KKM maka melakukan remidi.

Penilaian hasil belajar yang disusun adalah dengan menggunakan teknik tes dengan intrumen soal berupa soal uraian dengan jumlah butir soal sebanyak 2 butir soal.

Hasil dan Dampak Pembelajaran

Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada kondisi awal dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh pada materi Matriks masih sangat rendah sehingga belum dapat memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Setelah penulis menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Matriks pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh, hasilnya menunjukan bahwa ada peningkatan pada hasil belajar pada peserta didik  kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh. Hal ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh peserta didik semakin baik jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Faktor Kendala dan Pendukung

maka beberapa tantangan yang terjadi yaitu :

1. Rendahnya Motivasi peserta didik dalam belajar matematika, khususnya dalam menyimak pembelajaran, membaca materi dan      mengerjakan tugas

2. Model pembelajaran kurang sesuai

3. Media pembelajaran yang digunakan guru kurang  menarik

4. Pembelajaran masih monoton dan monolog

Dari penyebab di atas tantangan yang dihadapi oleh guru adalah :

1. Guru mampu memberikan motivasi peserta didik untuk menumbuhkan semangat membaca dan memahami materi yang diajar

2. Guru harus mampu menggunakan model pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kondisi peserta didik dan kelas

3. Guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kondisi peserta didik dan kelas

4. Guru harus mampu beralih dari model pembelajaran konvensional yang bersifat Teacher Center ke Student Center di mana peserta       didik aktif dalam membangun pengetahuan mereka

Maka dari itu, pendidik harus selalu meng-upgrade pengetahuan sehingga mampu menumbuhkan motivasi dan semangat belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan. Pendidik harus memiliki inovasi dalam mengajar, menguasai berbagai model, metode, strategi, ataupun media pembelajaran. Pendidik harus mampu memahami karakteristik dan kebutuhan setiap peserta didik dalam kelas. Pendidik harus mampu menyusun bahan ajar dan LKPD secara mandiri. Selain itu, pihak orang tua peserta didik juga harus berperan aktif dalam pendidikan anaknya sehingga peserta didik lebih termotivasi dalam belajar dan pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal serta peserta didik mampu meningkatkan prestasinya.

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat berfungsi sebagai pendukung untuk dapat mengatasi kendala yang ada. Karena dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membuat peserta didik tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan peserta didik termotivasi untuk lebih memahami pelajaran Matematika materi Matriks.

Langkah-langkah  yang  dilakukan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Tantangan yang ada harus segera diatasi dan diselesaikan dengan baik, diantaranya:

1. Senantiasa memberikan semangat kepada peserta didik untuk selalu belajar dan mengembangkan pengetahuannya.

2. Memberikan reward kepada peserta   didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Reward tidak harus berupa barang, pujian dan        ungkapan positif juga akan memotivasi belajar peserta didik.

3. Memilih media pembelajaran yang sesuai dan menarik peserta didik. Sumber daya yang digunakan untuk membuat media                       pembelajaran inovatif ini yaitu Buku paket matematika, Laptop, HP, LKPD, Video Pembelajaran. Secara garis besar, Dalam hal ini saya menggunakan media LKPD dan HP. Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik mampu meningkatkan minat belajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik.

4. Memilih model pembelajaran

     Model pembelajaran sangat berpengaruh pada minat dan motivasi belajar peserta didik. Pada aksi ini penulis menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Problem-based learning memberikan kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman yang nyata saat proses pembelajaran. sehingga anak dapat menemukan, mengkonstruksi, dan mengembangkan wawasan serta keterampilannya dalam berbagai aspek perkembangan secara mandiri.

Kelebihan dari penerapan Model Problem Based Learning antara lain adalah metode dan media ini lebih menuntut siswa agar lebih aktif, mereka bisa menentukan soal dan bekerjasama dalam memecahkan soal. Guru lebih mudah melihat bagaimana keaktifan setiap peserta didik. Peserta Didik lebih berminat dan menyukai metode ini karena mereka cenderung berperan dibandingkan cara pembelajaran yang sebelumnya yang cenderung hanya mendengarkan dan mencatat. Karena peserta didik lebih berperan dan saling bersaing, peserta didik cenderung tidak bosan terhadap pembelajaran matematika. Dari proses Model Problem Based Learning yang membuat pertanyaan serta memecahkan masalah, membuat peserta didik lebih terasah kemampuannya. Model Problem Based Learning juga dapat meningkatkan daya saing antar kelompok, dan persaingan ini membuat pembelajaran yang bergairah.

5. Pemilihan metode pembelajaran yang inovatif. Pemilihan metode pembelajaran yang inovatif yang dipilih pendidik adalah Numbered Head Together (NHT). Dengan memilih metode pembelajaran ini diharapkan peserta didik lebih aktif dalam kegiatan belajar, yang sebelumnya mereka pasif dan cenderung diam akhirnya mau berpartisipasi aktif karena guru menunjuk secara acak sehingga setiap peserta didik harus siap mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya.

6. Penilaian

Pendidik melakukan penilaian secara menyeluruh mulai dari ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan seluruh instrumennya.

Strategi yang lakukan dalam pemilihan model pembelajaran adalah

1. Menyesuaikan karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Penulis memilih model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan pendekatan TPACK.

2. Merancang pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Guru mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik.

3. Langkah-langkah pembelajaran secara garis besar berupa pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Secara garis besar sintak pembelajaran :

a. mengorganisasikan peserta didik untuk belajar,

b. membagi dalam beberapa kelompok

c. mengembangkan dan menyajikan materi,

d. selanjutnya peserta didik diberikan LKPD

e. peserta didik bersama kelompoknya berdiskusi

f. Guru melakukan pendampingan dalam diskusi kelompok

g. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya

h. Guru bersama peserta didik melakukan penguatan

i. penutup

Proses pemilihan model ini

 1. Mempelajari berbagai model dalam pembelajaran,

2. Menganalisis    karakteristik    peserta didik  berdasarkan kemampuan peserta didik,

3. Menganalisis karakteristik materi pembelajaran

Sumber daya yang diperlukan 

dalam pemilihan metode ini antara lain pemahaman guru pada model pembelajaran PBL dengan pendekatan TPACK Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode ini antara lain: pemahaman guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan juga kreativitas merancang kegiatan- kegiatan, menyiapkan kartu soal, menyiapkan laptop, hand phone, dan internet sebagai sarana pendukung pembelajaran inovatif.

Dampak dari aksi dan langkah-langkah yang dilakukan hasilnya efektif dan dapat dilihat dari:

1. Model pembelajaran di mana kegiatan berpusat pada siswa berdampak pada meningkatnya keaktifan dan motivasi peserta didik dalam belajar sehingga peserta didik dapat mengikuti kegiatan belajar secara maksimal.

2. Penggunaan model pembelajaran PBL dengan pendekatan TPACK lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional.

3. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar, terbukti antusiasme dalam pembelajaran dan hasil evaluasi hasil proses pembelajaran.

Respon dan kesan peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini

Peserta didik merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena mereka berdiskusi, berinteraksi dan senantiasa meingkatkan kemampuan untuk bersaing yang sesama peserta didik dengan memanfaatkan gawai atau bahan ajar.

    Menurut Guru

Penerapan media pembelajaran dengan pendekatan  TPACK berbasis TIK perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat dan kreativitas peserta didik. Penerapan model pembelajaran PBL sangat tepat untuk membiasakan peserta didik berpikir tingkat tinggi sehingga mampu memecahkan suatu permasalahan.

Menurut Peserta Didik

Peserta didik memberikan respon positif dalam kegiatan pembelajaran sejarah karena mereka dapat belajar sambil bermain sehingga kegiatan belajar lebih menyenangkan daripada pembelajaran dari biasanya.

 

Faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan  adalah :

a. Peserta didik dapat menjawab soal yang diberikan.

b. Peserta didik dapat menelaah dan menganalisis beberapa persoalan yang dituangkan dalam LKPD.

c. Peserta didik dapat mempresentasikan dan menyajikan hasil analisisnya dalam tulisan dengan baik.

d. Peserta didik lebih termotivasi dari sebelumnya.

Pembelajaran     dari    keseluruhan     proses     tersebut adalah:

1. Menjadi seorang guru harus memiliki kesabaran dan ketlatenan dalam mendampingi peserta didiknya

Keterampilan yang diperoleh dari proses pembelajaran ini adalah :

a. Berpikir kritis (Critical Thinking)

     Pada saat peserta didik mengamati video yang  ditampilkan dan  menganalisisnya.

b. Komunikasi (Communication)

     Peserta didik berdiskusi dan berkomunikasi bersama kelompoknya untuk mencari informasi dan menganalisis berbagai soal dalam       LKPD

c. Kolaborasi (Collaboration)

     ketika guru memberikan permasalahan berupa tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, mereka bekerja sama dalam kelompoknya  untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yang berupa menelaah dan menulis dengan media yang sudah ditentukan.

Pembelajaran yang dapat diambil dari proses kegiatan yang sudah dilakukan guru

Guru perlu mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dialami peserta didik serta mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Guru harus lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam menentukan serta menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran bisa lebih aktif dan menyenangkan.

Hasil belajar peserta didik pada penulisan ini mencakup ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika peserta didik memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Matematika sebesar 70 atau (KKM = 70) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah peserta didik yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai sama atau di atas 75%.

PENUTUP

Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah best practice ini yaitu, pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) sebaiknya mengikuti langkah-langkah sesuai prosedur pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)

Dampak positif dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar Negeri Suoh materi Matriks yaitu adanya peningkatan hasil belajar peserta didik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata ketuntasan klasikal yang pada kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh 73 peserta didik dan ketuntasan klasikal sebesar 45,62 % menjadi nilai rata-rata 75 dan ketuntasan klasikal sebesar 85,71 % sebanyak 137 peserta didik.

Rekomendasi

Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya:

  • Diharapkan guru bidang studi Matematika untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) pada materi-materi yang dianggap sesuai karena dapat meningkatkan hasil belajar.
  • Menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat mendidik peserta didik  kelas XI SMA N 1 Bandar Negeri Suoh tentang bagaimana belajar bekerja sama dan belajar bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I & Kilcher, A. 2010. Teaching for student learning "becoming an accumplhised teacher". Madision Avenue: Routladge.

Arends, R.I. 2012. Learning to Teach (9th ed). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Arikunto. Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno, 2009. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Herman Hudojo. 2005. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran matematika. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Pupuh Fathurrokhman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd.,2007.Strategi Belajar Mengajar.

Bandung: Aditama.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Rusman,    dkk    2012.    Pembelajaran   berbasis   teknologi   informasi   dan   komunikasi: Mengembangkan profesionalitas guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Schunk,

D.H. 2012. Learning theories an educational perspective. Boston: Pearson Education Inc.

Rusman. 2014. Model-model pembelajaran: Mengembangkan profesionalitas guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Schunk, D.H. 2012. Learning theories an educational perspective. Boston: Pearson Education Inc.

Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Raja grafindo Persada. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

 


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun