Mohon tunggu...
Rivai Muhamad
Rivai Muhamad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gemar menulis fiksi, menggambar, melukis, dan membaca. Mahasiswa jurusan seni rupa di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Lukisan Terakhir

5 Juni 2011   11:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menahan emosi, aku bergegas mendatangi Pak Anas di rumahnya. Kukatakan padanya bahwa ada orang yang masuk ke dalam studioku dan orang itu pasti memiliki kunci. Kulihat wajahnya merah padam karena tersinggung. Ia bilang agar aku jangan menuduhnya kalau tak ada bukti. Aku bilang aku tidak menuduhnya, walaupun ya, sebenarnya di dalam hati aku mencurigai dia. Pak Anas lalu bertanya apakah ada barang yang hilang. Kujelaskan soal tube warna hijau itu dan kanvasku yang dicoret-coret. Tapi kau tahu apa? Dia malah tertawa. Dia bilang, memangnya siapa orang iseng yang mau berbuat itu? Berhubung menurutnya orang yang memegang kunci cadangan hanyalah dirinya, dan ia tidak mungkin berbuat hal tidak berguna seperti itu, ia malah menuduhku mengada-ada.

Ia malah menuduhku mencorat-coret kanvasku sendiri ketika mabuk! Kenapa mesti aku yang dituduh mabuk? Kenapa bukan dia sendiri?

Oke, maaf kalau aku terkesan melampiaskan kekesalanku padamu, Erika. Aku tidak tahu harus bercerita pada siapa lagi, bahkan Hendra malah menyarankan aku berkonsultasi ke psikiater. Dia pikir aku gila?

Soal acara liburanku, aku harus katakan kalau acara itu berlangsung dengan cukup menyenangkan. Di sana kami membakar jagung dan ayam, lalu bernyanyi bersama, dan saling bercerita di seputar api unggun. Ketika pagi tiba, kami mendaki ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat matahari terbit. Ah, seandainya saja kamu bisa ikut, mungkin akan jauh lebih menyenangkan. Sayangnya, sempat terdengar saran-saran bodoh dari teman-temanku yang menyarankan agar aku melupakanmu dan mencari wanita baru. Mereka bahkan menyebutkan beberapa nama gadis cantik yang kukenal! Haha, jangan marah, aku tidak tergoda. Hubungan jarak jauh tidak berarti apa-apa bagiku. Lagipula, sudah kutuliskan di surat lalu kalau aku akan menyusulmu setelah lukisan terakhir selesai.

Oh iya, lukisan itu. Entahlah. Aku tidak mood memperbaiki bekas coretan cat itu, apalagi melanjutkan lukisan. Hasratku tiba-tiba saja padam. Berikan aku waktu beberapa hari untuk menangkan diri. Setelah itu pasti akan kulanjutkan.

Semoga kita cepat bertemu.

———————————————————————————————-

(Senin, 17 Januari)

Erika,

Coretan di atas kanvasku semakin banyak! Ini gila! Aku heran, apakah ada orang yang iri dengan karya-karyaku dan ingin bersaing secara tidak sehat? Seingatku, aku tidak pernah punya musuh. Konyol.

Aku semakin tidak mood untuk meneruskan lukisan, tapi aku juga tidak rela kalau orang itu semakin merusak lukisanku. Jadi sore ini aku mengunci pintu studio dengan dua buah gembok yang berbeda. Kita lihat saja apakah orang iseng itu bisa membobolnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun