Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian sebelumnya untuk mengkaji metode dan pengaruh pembelajaran pemecahan masalah pada siswa sekolah dasar. Keberhasilan pembelajaran pemecahan masalah pada siswa di sekolah dasar dipengaruhi oleh banyak faktor.Â
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pemecahan masalah adalah keterampilan metakognitif dan untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran pemecahan masalah adalah metode pembelajaran konstektual.Â
Pembelajaran dengan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik matematis maupun masalah lainnya. Guru dan siswa harus saling bekerja sama untuk tercapainya keberhasilan pembelajaran pemecahan masalah.
                      Â
Kata kunci: pembelajaran, pemecahan masalah, sekolah dasar, matematika.
Abstract
This research was motivated by previous research to examine the methods and effects of problem solving learning on elementary school students. The success of learning problem solving in elementary school students is influenced by many factors. One of the factors that greatly influence the problem solving process is metacognitive skills and for that we need the right learning method.Â
One of the problem solving learning methods is the contextual learning method. Learning with problem solving methods can improve students' ability to solve problems both mathematically and other problems. Teachers and students must work together to achieve the success of problem solving learning.
Keywords: learning, problem solving, elementary school, mathematics.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Manusia membutuhkan pendidikan dalam menjalankan kehidupan sehari -- hari. Salah satu pendidikan yang penting untuk kehidupan adalah matematika, khususnya pendidikan di sekolah dasar. Pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih kemampuan memahami konsep, memecahkan masalah, penalaran, mengkomunikasikan gagasan, dan menghargai fungsi matematika dalam kehidupan (Lt dan Fatmawati, 2006).Â
Pembelajaran matematika memiliki konsep abstrak dan kesulitan yang lebih tinggi sehingga memerlukan metode yang berbeda dengan pelajaran lainnya (Murdiyanto dan Mahatama, 2014).Â
Pada tahun 1989, National Council of Teacher of Mathematics di Amerika telah mengembangkan Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics sehingga dalam perkembangannya metode pengajaran matematika di sekolah dasar bukan hanya sekedar untuk melatih kemampuan berhitung, melainkan juga untuk meningkat kemampuan untuk memecahkan masalah (Lidinillah, 2008).
Kemampuan memecahkan masalah merupakan sarana menggunakan kemampuan dan pengetahuan untuk diterapkan pada situasi yang baru dan berbeda (Krulik dan Rudnick, 1995). Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, khususnya matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.Â
Hal ini disebabkan karena setiap individu memiliki perbedaan kemampuan untuk berpikir logis, sikap, kreativitas, kepribadian, gaya kognitif, dan minat (Ulya, 2015).Â
Faktor -- faktor tersebut dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah, sehingga tidak dapat berjalan secara optimal.Â
Selain itu faktor dari guru dan tuntutan kurikulum juga dapat menghambat pembelajaran pemecahan masalah (Lidinillah, 2008). Oleh karena itu, pembelajaran pemecahan masalah perlu dikaji untuk meningkatkan efektivitasnya sehingga siswa sekolah dasar mampu untuk memecahkan masalah baik matematika maupun masalah lainnya.
Pembahasan
Beberapa negara termasuk Indonesia telah menekankan kurikum matematika pada problem solving (pemecahan masalah). Kemampuan memecahkan masalah merupakan hal yang penting pada kemampuan berpikir manusia. Kemampuan memecahkan masalah juga merupakan komponen yang penting pada kecerdasan (Holyoak, 1990).Â
Pembelajaran pemecahan masalah merupakan metode untuk membantu siswa supaya dapat menguasai dan memahami pembelajaran dengan memecahkan masalah.Â
Pembelajaran pemecahan masalahan dapat dilakukan melalui metode pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran.Â
Metode pembelajaran merupakan suatu metode penyajian materi pembelajaran secara umum. Sedangkan pendekatan pembelajaran dilakukan supaya siswa bisa beradaptasi dengan konsep yang disajikan. Pendekatan dapat bersifat materi maupun metodologi.Â
Dengan pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah siswa dapat memanfaatkan strategi pemecahan masalah untuk menyelesaikan soal dan memahami materi pembelajaran.Â
Di sekolah dasar, pembelajaran pemecahan masalah matematika biasanya memliki bentuk soal pola bilangan, teka teki ataupun soal cerita.
Metode pemecahan masalah memungkinkan guru menggunakan soal sebagai suatu masalah dan bagaimana caranya supaya dapat dipecahkan (Lidinillah, 2008). Â
Kemampuan memecahkan masalah menurut Polya (1973) memiliki 4 aspek, diantaranya  adalah memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan membuat review (Wardhani, 2010).Â
Pemecahan masalah matematika memiliki makna sebagai tujuan yang harus dicapai dan sebagai pendekatan pembelajaran untuk memahami dan menemukan kembali konsep, prinsip dan materi pada pelajaran matematika (Sumartini, 2016).
Mengajarkan pemecahan masalah seringkali dianggap sulit, sehingga berbagai penelitian telah dilakukan. Untuk mempermudah pembelajaran pemecahan masalah, guru harus mempersiapkan dan memahami beberapa hal.Â
Guru harus memahami faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa untuk memecahkan masalah sehingga dapat merencanakan waktu yang efektif untuk siswa dapat berpikir dengan tepat. Guru juga harus dapat mengelola kelas terutama kegiatan siswa.Â
Selain itu, strategi dan sumber pembelajaran siswa juga harus disiapkan dengan baik karena cara berpikir siswa sekolah dasar masih dalam tahap ikonik dan enaktif (Reys dkk., 2014).
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pemecahan masalah adalah keterampilan metakognitif. Ide berpikir mengenai pikiran yang ada pada diri sendiri merupakan konsep dasar dari keterampilan metakognitif.Â
Keterampilan ini dibagi menjadi dua yaitu perencanaan yang melibatkan pemecahan masalah kompleks ke dalam beberapa bagian untuk diselesaikan secara terpisah dan berurutan serta monitoring diri yang mengacu pada keterampilan untuk mampu memeriksa secara langsung dari proses pemecahan masalah (Derry dan Hawkes, 1993).
Mengajar dengan memberi masalah untuk diselesaikan akan membangun dan mengembangkan konsep serta keterampilan matematika pada siswa (Yee, 2002).Â
Siswa harus dapat mengamati masalah yang muncul, menghubungkan dan memberikan pertanyaan untuk selanjutnya dapat mencari alasan hingga mengambil kesimpulan untuk memecahkan masalah yang ada tersebut. Kemampuan metakognisi dan proses berpikir siswa akan mempengaruhi kemampuannya dalam memecahkan masalah (Fauzi, 2009).
Ada beberapa metode yang bisa diterapkan untuk membantu siswa sekolah dasar memecahkan masalah. Salah satunya adalah metode pembelajaran konstektual, menurut Trianto dan Pd (2007) metode ini membantu siswa menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah baru secara independen dan menjadi lebih bertanggungjawab untuk belajar. Siswa harus memiliki pengalaman yang banyak untuk mampu memecahkan masalah (MKPBM, 2001).Â
Kemampuan siswa untuk memecahkan masalah terutama matematika akan meningkat jika guru dapat menerapkan pembelajaran kontekstual secara berkesinambungan dan berkala (Amir, 2015). Menurut Sumartini (2016) pembelajaran dengan menggunakan masalah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis.
Menurut hasil penelitian Yantoro (2017) untuk meningkatkan pengaruh pembelajaran pemecahan masalah pada siswa perlu memperhatikan beberapa hal berikut, diantaranya adalah model pembelajaran pemecahan masalah harus menarik, pembelajaran tidak hanya pada pelajaran matematika namun sebaiknya pelajaran lain pun bisa menggunakan pemecahan masalah, selain peran guru, peran siswa juga penting. Siswa harus aktif berpartisipasi saat pembelajaran berlangsung.
Kesimpulan
Pembelajaran pemecahan masalah merupakan metode untuk membantu siswa supaya dapat menguasai dan memahami pembelajaran dengan memecahkan masalah. Keberhasilan pembelajaran pemecahan masalah pada siswa di sekolah dasar dipengaruhi oleh banyak faktor.Â
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pemecahan masalah adalah keterampilan metakognitif dan untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran pemecahan masalah adalah metode pembelajaran konstektual.Â
Pembelajaran dengan metode pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah baik matematis maupun masalah lainnya. Guru dan siswa harus saling bekerja sama untuk tercapainya keberhasilan pembelajaran pemecahan masalah.
Daftar Pustaka:
Amir, M. F. (2015). Pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar. Paper presented at the Prosiding Seminar Nasional Pendidikan.
Derry, S. J., dan Hawkes, L. W. (1993). Local cognitive modeling of problem-solving behavior: An application of fuzzy theory. Computers as cognitive tools, 1, 107-140.
Fauzi, K. M. A. (2009). Peranan kemampuan metakognitif dalam pemecahan masalah matematika sekolah dasar. Jurnal kultura, 10(1), 1162-1166.
Holyoak, K. J. (1990). Problem solving. Thinking: An invitation to cognitive science, 3, 117-146.
Krulik, S., dan Rudnick, J. A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. A Longwood Professional Book: ERIC.
Lidinillah, D. A. M. (2008). Strategi pembelajaran pemecahan masalah di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1-5), 1-10.
Lt, G. D., dan Fatmawati, M. J. R. (2006). Badan Standar Nasional Pendidikan.
MKPBM, T. (2001). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: UPI, 3.
Murdiyanto, T., dan Mahatama, Y. (2014). Pengembangan alat peraga matematika untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar matematika siswa sekolah dasar. Sarwahita, 11(1), 38-43.
Polya, G. (1973). Howto solve it: A new aspect of mathematical method. United State of America: Princenton University Press, Princenton, New Jersey.
Reys, R., Lindquist, M., Lambdin, D. V., dan Smith, N. L. (2014). Helping children learn mathematics: John Wiley & Sons.
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 148-158.
Trianto, S. P., dan Pd, M. (2007). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Ulya, H. (2015). Hubungan gaya kognitif dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Jurnal konseling GUSJIGANG, 1(2).
Wardhani, S. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPPTK.
Yantoro, Y. (2017). Meningkatkan rasa ingin tahu dengan menggunakan metode pemecahan masalah di sekolah dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 2(1), 90-105.
Yee, F. P. (2002). Using short open-ended mathematics questions to promote thinking and understanding. Paper presented at the Proceedings of the 4 Th International Conference on The Humanistic Renaissance in Mathematics Education, Palermo, Italy.
Editor:Â
Rita Sephyani
SD Negeri Matenggeng 03, Dsn. Sikluk Desa Matenggeng Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap 53266
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H