Mohon tunggu...
A Rita
A Rita Mohon Tunggu... -

Seorang sekretaris yang nggak seksi,\r\ningin nampang dan terkenal tapi minder,\r\ningin tenar tapi nggak lovable enough,\r\nseorang pemimpi sejati yang terus mencari jalan untuk meraih mimpinya,\r\n\r\ndan seorang Putri yang menginginkan cinta sejati,\r\n\r\nsekaligus spesialis cerita sedih dan mellow\r\n\r\nread my stories in\r\nkaryacinta-rita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Di Penghujung Senja #1

30 Mei 2015   13:41 Diperbarui: 9 November 2015   17:20 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Nira melirik jam tangannya, sudah jam sembilan malam. Ia pun mengangguk, melepas Nazia yang sedih pergi dari hadapannya. Lalu, seperti biasanya ia harus memastikan bahwa Aku tidak mencuri-curi waktu untuk melanjutkan tulisannya di saat ia harus beristirahat di malam hari.

Dengan pelan, ia membuka pintunya. Begitu menemukan Aku memang sudah terlelap di bawah selimut, ia baru merasa lega. Pasien yang satu ini kadang memang lain. Menulis begitu membuatnya kecanduan. Mengarang cerita adalah bakat alaminya sampai-sampai ia merasa bahwa setelah mati ia akan hidup di salah satu cerita yang pernah ia tulis. Entah dari mana ia mendapatkan inspirasi untuk menulis fiksi yang imajinatif. Cerita pangeran kembar itu misalnya.

Namun, satu kali, aku pernah bercerita bahwa ia pernah bertemu dengan sepasang lelaki kembar berwajah rupawan. Itu pertama kalinya Aku mengenal orang kembar namun semua menjadi sangat traumatis, terlebih, ketika salah satu dari mereka akhirnya meninggal dunia. Itu adalah kematian pertama yang pernah Aku saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Ia melihat banyak darah menggenang, wajah yang menegang dan tubuh yang remuk redam. Hal itu tidak bisa ia lupakan hingga saat ini. Ada banyak hal yang terjadi setelahnya.

Aneh sekali, pikir dr. Nira, saat menemukan sebuah buku dalam pelukan Aku yang ia bawa dalam tidurnya, seperti seorang anak kecil yang biasa memeluk boneka beruang kesayangan. Buku itu bukan sembarang buku. Bukan buku dengan penokohan lelaki sempurna pemilik perusahaan besar yang jatuh cinta pada gadis biasa. Sebuah  karya klasik yang dikenal banyak orang, tapi tak semua orang pembaca yang suka membacanya berulang-ulang. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, karya Buya Hamka yang begitu terkenal pada zaman-zaman di mana Aku bahkan belum lahir. Dari sekian banyak buku yang telah Aku baca, mengapa hanya buku itu yang ia peluk? Beberapa kali dr. Nira bahkan melihatnya membaca buku itu.

Ya, pastilah buku itu sangat istimewa baginya.

Namun, dr. Nira lebih penasaran dengan buku catatan yang Aku taruh di atas meja. Tertutup rapi, dengan pulpen di atasnya. Inilah buku yang selalu ia tulisi dengan berbagai macam gaya bahasa, namun semua hanya mengungkapkan kesedihan. Buku agenda terakhir yang dr. Nira hadiahkan kepadanya telah habis ditulisi dengan cerita Batu Bertuah. Seingatnya buku itu bersampul merah dan tempelan bunga edelweiss kering di bagian depan sebagai hiasan. Tapi, yang ada di meja itu adalah sebuah buku agenda tebal bersampul motif batik yang sebagian besar lembarannya telah ditulisi. Mungkin Nazia yang membelikannya.

Sejak kapankah Aku mulai menulis ini?

Dr. Nira mengambil buku itu, membaca halaman pertama yang tampak seperti sebuah judul. KE MANA AKU PERGI?

Mengapa ia bertanya seperti itu? dr. Nira pun membalik halama berikutnya. Di bagian paling atas paragraph pertama, tertulis nama tempat dan tanggal –bukan tanggal sekarang. PADANG, 3 APRIL 2006…

Hari ini aku harus ke kampus. Ada dua jadwal mata kuliah yang tidak bisa dilewatkan –Grammar dan English Proficiency. Grammar dimulai jam 09.45 dan English Proficency jam 13.00. Aku punya rentang waktu istirahat yang panjang sampai kelas yang terakhir. Dan hari ini, aku tidak akan bertemu Attar di kelas karena dia sudah mengambil dua mata kuliah itu kemarin. Saat aku masuk kelas Grammar,  Attar sudah selesai dengan mata kuliah Writing-nya dan biasanya akan menghabiskan waktu bersama sang kekasih sampai kelas berikutnya.  Jadi, setelah kelas Grammar selesai aku berencana masuk ke  perpustakan.

Tulisan ini tampak seperti sebuah buku harian yang ditulis ulang. Tapi… melihat tulisan itu telah menguning di atas kertas putih, dr. Nira merasa bahwa ini adalah sebuah buku harian lama. Dengan kejadian dan keadaan yang sangat aktual pada masa itu. Tentunya buku ini akan banyak menjelaskan tentang apa yang sebenarnya telah terjadi kepadanya…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun