Mohon tunggu...
Riski Ramadan RR
Riski Ramadan RR Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love imagination

Pekerja Serabutan [ kerjaannya banyak, bayarannya sedikit ]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memori Memoar 98 (Sebuah Cerita Pendek)

3 Februari 2023   20:25 Diperbarui: 20 Juli 2024   23:55 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

1998

Malam hari, seorang perempuan tengah bersusah payah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan seorang anak. Dibantu seorang bidan yang juga sahabatnya sendiri. Di rumah itu mereka hanya berdua, tidak ada keluarga atau pun sanak saudara. 

Sebuah desa baru-baru ini digemparkan dengan ditemukannya mayat perempuan yang yang hangus terpanggang di sebuah rumah yang terbuat dari bambu di pinggir hutan. Polisi setempat masih belum mengungkap siapa pelaku di balik pembunuhan ini. Sampai saat ini Laksmi yang tengah hamil besar tak pernah tenang setelah kejadian itu dan belum lagi suaminya tiba-tiba meninggalkannya dengan alasan merantau dan tidak ada kabar sama sekali.

Sementara Laksmi masih berjuang, kejadian aneh baru-baru ini membuat dia sangat stres. Bagaimana tidak, di tengah hamil tua Laksmi kerap kali dihantui sosok bayangan perempuan yang terpanggang itu. Membuatnya depresi namun dia bersikeras untuk melindungi bayinya. Hari-harinya pun dipenuhi air mata dan ketakutan, rasa sedih yang amat dalam dia lewati sampai saat ini

"Laksmi, kepalanya sudah mau keluar. Terus lagi, pasti kamu bisa!" Ucap sang bidan.

Dengan segenap tenaga, Laksmi berteriak  dan bayinya lahir ke dunia dengan selamat. Namun ketika hendak melihat bayinya tiba-tiba ada bayangan hitam di belakang sang bidan seperti ingin menerkam. Samar-samar perlahan sosok itu muncul dengan jelas. Hantu wanita hancur penuh luka bakar. Laksmi terkejut dan langsung teriak dan tak sadarkan diri.

"JANGAN GANGGU KAMI!!!"

***

Pagi harinya seakan gila. Laksmi menangis tanpa henti dan terus mengatakan ampun, jangan ganggu kami, jangan sakiti kami. Sesekali menjerit-jerit dan ketika ditanya kenapa, dia malah menangis. Dia bahkan belum bertemu dengan bayinya sendiri. Sang bidan sekaligus sahabatnya Sukma sangat kebingungan apa yang telah terjadi. Sukma perlahan masuk ke kamar Laksmi dan mulai mencoba menenangkannya. Laksmi terus meraung-raung seperti anak kecil. Sukma merapihkan rambutnya yang acak-acakan, dan menghapus air matanya dengan tisu lalu menyuruh Laksmi untuk menatap mata Sukma.

"Kamu sekarang baik-baik saja, Lakmi. Tenang, kamu dan bayimu aman." Ucap lembut Sukma. Laksmi langsung memeluk Sukma yang kacau. Setelah itu Laksmi menjadi lebih tenang dan bisa diajak bicara meskipun suaranya sangat rintih

Sukma :    "Sebenarnya ada apa sih?"

Laksmi :    "Aku udah bikin kesalahan, mbak. Aku boleh minta tolong?"

Sukma :    "Boleh, kamu butuh apa sekarang?"

Laksmi :    "Tolong jaga bayi saya, kalau dia bersama saya dia dalam bahaya. Jangan pernah kembali. Kamu harus janji, ya?"

Laksmi kembali menangis histeris dan tanpa henti. Sukma semakin kebingungan dengan semua ini. Keadaan akan jauh lebih sulit jika hal ini terus terjadi. Sementara kakak laki-laki dari Laksmi bernama Wahyu baru saja tiba dan menanyakan keadaan Laksmi. Sukma menceritakan semuanya kepada Wahyu termasuk permintaannya untuk membawa bayi itu.

20 Tahun kemudian.

Pasangan suami-istri, Sukma dan Surya saling pandang memandang kebingungan. Yang satu mengangguk dan lagi menggelengkan kepala, pertanda kalau keduanya sangat sulit untuk mengungkapkan kebenaran pada Ambar, anak asuh mereka berusia 20 tahun. Ambar jadi kebingungan. Apa yang sedang ingin ibu, bapak bicarakan? Ambar mulai berpikir kalau ada yang tidak beres. Meja makan seolah menjadi meja pengakuan. Setelah 20 tahun hidup Ambar sangat bahagia memiliki orangtua seperti mereka yang tulus merawatnya. 

Apa rahasia yang selama ini tersembunyi? Sukma sudah berjanji kepada Laksmi untuk tidak menceritakan kebenarannya. Namun dia sangat tertekan jika Ambar tidak mengetahui ibu kandungnya sendiri. Ketika Sukma mendapat kabar dari mas Wahyu kalau Laksmi sedang sakit keras, Sukma malah makin bersalah jika terus merahasiakannya.

Sukma bersimpuh dan menangis di hadapan Ambar. Gadis itu mencegahnya dan memberikan banyak pertanyaan. Namun tidak satupun dijawab. Ambar membawa Sukma ke kamarnya dan mencoba menenangkan.

Ambar : Sebenarnya apa yang terjadi sih, bu?

Sukma : Janji sama ibu, kalau kamu gak bakal marah setelah ibu kasih tau semuanya!?

Ambar  : Aku gak mungkin marah sama ibu.

Sukma : Ambar sebenarnya bukan anak kandung ibu sama bapak.

Ambar terkejut dan kebingungan.

Di sini Sukma menjelaskan kalau Ambar bukanlah anak kandungnya melainkan anak dari sahabatnya di desa. Sukma mengeluarkan sebuah foto dari lacinya lalu memperlihatkan pada Ambar. Sukma mengatakan kalau gadis di hadapannya sangat mirip dengan perempuan di foto itu. Sukma juga meminta maaf karena baru sekarang dia memberitahu kebenaranya.

***

Setelah beberapa hari Ambar memutuskan untuk menjenguk ibu kandungnya di desa. Akhir-akhir ini dia bermimpi tentang seorang perempuan yang meminta tolong. Perempuan menyeramkan berusaha menyakiti Ambar. Entahlah, mungkin saja ini efek banyak membaca berita-berita pembunuhan di internet dan membayangkan bagaimana jika korban menggentayangi orang-orang. Khayalan Ambar mulai ke mana-mana. Sukma sudah memberitahu Ambar kalau dia tak perlu mengunjungi Laksmi ke desa. 

Karena dia yakin Laksmi telah melupakan segalanya. Lagi pula perjalanannya sangat jauh. Sukma mulai khawatir dengan keinginan Ambar. Keinginannya untuk tahu banyak hal yang sangat aneh mulai menarik perhatiannya. Ya setelah kebenaran itu Sukma ungkapkan sendiri. Setelah mengemas barang, Ambar meyakinkan kembali Sukma agar tidak terlalu khawatir.

Ambar   : Ibu jangan khawatir, Ambar bakal baik-baik aja kok. Bapak kan ada sama aku. Aku janji ngga akan lama. Sebentar lagi kan aku juga harus masuk kuliah.

Sukma   : hati- hati ya nak. Ibu sayang sama kamu, ibu nggak mau kamu terjadi apa-apa. Bapak juga harus jagain Ambar, awas kalau kenapa-kenapa.

Surya   : iya ibu, ada bapak yang selalu jagain Ambar.

Tidak lama kemudian, Ambar dan Bapak pergi setelah berpamitan dengan ibu. Ambar bernapas lega akhirnya ibu telah mengizinkannya untuk bertemu dengan Laksmi. Entahlah rasa takut ibu membuat Ambar menjadi lebih penasaran apa yang terjadi dengan mereka di desa itu tempo dulu? 

Ambar mulai memikirkan apa yang akan terjadi ketika wanita yang melahirkannnya melihat bayinya sudah menjadi dewasa seperti ini. Ibu pernah bercerita pada Ambar kalau Laksmi bahkan tidak melihat sedikit pun wajah Ambar ketika lahir. Itu membuat Ambar sangat bingung. Di setengah jalan Ambar bertanya kepada bapak tentang desa itu. Bapak memang bukan warga asli itu, dulu dia bertemu ibu di puskesmas tempat ibu bekerja. Namun setelah menikah, bapak ditugaskan di kota dan jarang kembali ke desa itu. Membuat mereka berhubungan jarak jauh selama-lama berbulan-bulan.

Ambar   : bapak nggak pernah denger kejadian aneh atau semacamnya?

Bapak   : bapak tau beberapa kejadian aneh, cuma bapak ga pernah percaya.

Ambar mengembuskan napas kecewa pada bapak. Dikiranya bapak tahu tentang cerita pembunuhan seorang gadis dengan cara membakarnya. Bapak kebingungan dengan apa yang dipikirkan Ambar. Rasanya itu sudah lama sekali. 

Bagaimana Ambar tahu? Jadi sebelum Ambar memutuskan untuk menjenguk Laksmi , dirinya tak sengaja menemukan barang-barang lama milik ibu di gudang. Beberapa dia temukan koran yang menulis berita seorang perempuan ditemukan terbakar di sebuah desa dan tidak ada alasan yang pasti penyebabnya. Entah murni bunuh diri atau memang ada sebuah perencanaan pembunuhan. Dan di koran itu tertulis nama desa yang disebutkan ibu ketika menceritakan tentang kebenaran Laksmi.

Sepanjang jalan pun, bapak bercerita kalau dia sangat senang berada di desa ibunya. Sampai bapak sangat kaget ketika ibu membawa seorang bayi perempuan dan akhirnya ikut tinggal di kota. Di tengah pembicaraan Ambar bertanya kepada bapak soal anak kandung mereka.

Ambar  : jika memang aku bukan anak kandung kalian, apa kalian punya anak selain aku?

Bapak diam beberapa saat, wajahnya terlihat sedih lalu berkata.

Bapak  : Tuhan memang tidak memberikan kami keturunan, tapi kami senang memiliki Ambar. Ambar tetap anak bapak kan?

Selanjutnya mereka saling menggenggam tangan. Ambar meminta maaf setelahnya kepada bapak karena pertanyaan menyinggung perasaan.

Hari mulai gelap. Sekitar 2 jam lagi akan sampai menuju desa. Tiba-tiba Ambar melihat sosok hitam menyebrang dan membuat bapak mengerem mendadak. Keduanya panik karena kendaraan mereka sempat hilang kendali.

Mereka keluar dari mobil untuk menenangkan diri. Bapak bertanya pada Ambar tentang apa yang dia lihat. Namun Ambar hanya menggeleng. Bapak mencoba menenangkan dan mulai perjalanan lagi. Ambar sangat kepikiran soal mimpi yang seolah jadi nyata. Entah Ambar menganggap dirinya gila atau berhalusinasi. Dirinya mencoba untuk tidur tapi takut dia tidak kembali ke dunia nyata dan apa yang harus dia lakukan ketika menghadapi sosok tersebut.

Di sebuah hutan Ambar melangkah sedikit demi sedikit sambil kebingungan. Ambar mendengar seorang perempuan meminta tolong dari arah gubuk di ujung hutan. Dia bergegas menuju gubuk tersebut lalu masuk ke dalam dan melihat perempuan dengan pakaian hangus. Ambar mencoba untuk menegurnya tapi perempuan itu malah menangis. Dan ketika perempuan menoleh, dia menyerang Ambar sambil berteriak: TOLONG SAYA AMBAR!!!!!

***

Mereka akhirnya sampai di rumah Laksmi. Bapak memanggil-manggil nama Ambar ketika dia tidur terlalu nyenyak. Ambar terbangun dengan rasa gelisah. Ambar bernapas lega namun sedikit risau kenapa dia terus-terusan di hantui sosok itu dalam mimpi? Gadis itu keluar dari mobil dan disambut oleh pasangan suami-istri ,Wahyu dan Ani ( paman dan bibi Ambar). Ambar melangkah dengan senyuman getir lalu berkenalan dengan mereka. Wajahnya keduanya agak terheran-heran ketika bersalaman dengan Ambar.

Bapak  : Ambar, ini Wahyu dan Ani. Paman dan bibi kamu.

Ambar  : Ambar.

Wahyu  : kamu sudah besar sekali, ya nak. Kalian pasti lelah sekali, saya antar kalian ke kamar untuk istirahat.

Ambar masuk ke dalam rumah itu, berharap bertemu ibu kandung Ambar ada di dalam namun setelah itu Ambar tidak menemukannya. Ambar bertanya pada bapak tentang keberadaan Laksmi namun dia menyuruhnya untuk beristirahat karena hari sudah larut malam. Ambar memasuki sebuah kamar tidur yang cukup rapi dan klasik. Di sana terpajang foto seorang perempuan yang mirip dengan dirinya.

Ambar : ini pasti ibu Laksmi.

Keesokan harinya, Ambar  melihat sebuah gubuk di belakang rumah itu. Suasana masih subuh masih gelap. Banyak kabut, tapi Ambar sangat penasaran dengan gubuk itu. Dia berjalan dan samar-samar mendengar suara rintihan wanita.

(Suara pintu terbuka)

Ambar terkejut melihat seorang wanita dengan keadaan dipasung. Lalu wanita itu berkali-kali mengucapkan tolong__dengan lirih.

Laksmi : Tolong. Tolong

Ambar : Ibu?

Ambar mendekati wanita dipasung itu.

Ambar : Ibu kenapa jadi seperti ini? Ibu ini aku Ambar anak ibu, ibu Sukma sudah memberitahu semuanya, Bu.

Wanita itu terdiam dengan mata melotot ke arah pintu. Ambar menangis sambil memeluknya. Lalu makhluk itu datang lagi. Tepat di samping Ambar. Kemudian ketegangan mulai terasa ketika  wanita itu berteriak histeris.

Laksmi : JANGAN GANGGU SAYA!!!

Wanita itu membenturkan kepala Ambar dengan gila ke kayu yang memasungnya. Ambar berteriak-teriak dan meminta pertolongan.

Ambar : BAPAK! TOLONG AMBAR!

Darah di kepala Ambar mulai berceceran, wanita itu mendorong Ambar kuat-kuat.

Sementara Bapak terbangun dari tidurnya dan merasakan Ambar dalam bahaya. Bapak panik dan segera memeriksa kamar Ambar namun tidak ada, dia mencoba memanggil Wahyu dan Ani.

Surya : Ambar nggak ada di kamarnya ke mana anak saya?

Wahyu : Kita ke belakang.

Mereka menuju gubuk itu, ketika dibuka Surya terkejut melihat keadaan Laksmi dan bertanya secara tegas. Namun Ambar tidak ada.

Surya : Wahyu, Ani kenapa Laksmi diperlakukan seperti ini? Dia bukan binatang!

Wahyu : Saya bisa jelaskan, adik saya membahayakan banyak orang dan dirinya sendiri. Kami tidak punya cara lain.

Surya :Lalu di mana Ambar?

____

Ambar terbangun di sebuah gubuk, tepatnya di pojokan penuh jerami. Dia melihat laki-laki dan seorang perempuan tengah bercumbu mesra, rupanya mereka akan berhubungan seksual, Ambar menahan napas ketika laki-laki itu menggerayangi dan si perempuan mulai terangsang dengan mendesah. Ambar mendengarkan percakapan mereka satu menit sebelum mereka berbuat hal itu.

Lelaki : Saya akan sangat berterimakasih kalau kamu benar-benar mau melayani saya, entah kenapa saya lebih suka kamu daripada istri saya, istri saya tengah hamil dan tidak mau saya sentuh, terpaksa saya menemui kamu.

Perempuan : Saya nggak akan nolak kalau mas yang gagah ini, menyentuh saya. Saya juga suka sama mas ketika masih sekolah. Tapi mas malah milih Laksmi.

Lelaki : tidak apa-apa, sekarang saya jadi milik kamu.

(Suara pintu diketuk)

Ketika mereka ingin berciuman, tiba-tiba seorang  perempuan hamil membawa lampu semprong mengacaukan rencana mereka. Ambar terkejut ketika perempuan hamil itu mendobrak pintu dan mengetahui kalau dia adalah Laksmi yang tengah mengandung dirinya.

Laksmi : Oh, jadi ini kerjaan kamu? Saya selama ini nahan sakit gara-gara hamil anak kamu, sekarang kamu malah bercumbu dengan perempuan ini? Memang bajingan kau, Mas.

Lelaki : Saya bisa jelasin semuanya.

Laksmi : Berengsek!!!!

Refleks laksmi melempar lampu semprong itu dan membakar setengah gubuk, sebelum api membesar lelaki itu menuntun Laksmi keluar dan kepanikan pun terjadi. Perempuan selingkuhan itu terjebak dan meminta tolong. Tolong, mas tolong.

Lelaki : Apa yang kamu lakukan?

Laksmi panik dan tidak tahu harus berbuat apa.

Gubuk itu habis terbakar di depan mata kepala Laksmi dan suaminya. Sebelum ada yang melihat suaminya menyuruh Laksmi untuk segera pergi.

Mata ambar  di penuhi api yang membakar perempuan itu.

Ambar kembali terbangun di gubuk yang memasung Laksmi. Ambar menangis, melihat ibunya, melihat perempuan itu mati secara tragis. Ambar mendekatinya lagi dan meyakinkan dirinya kalau tidak ada yang perlu ditakutinya lagi.

Ambar : Mungkin saya terlalu asing, tetapi saya lahir dari perut ibu, ibu melindungi saya dengan meminta ibu sukma untuk merawat saya. Sekarang saya tahu apa yang harus kita lakukan.

Lirih suara Ambar lebih lirih lagi ketika Laksmi bersuara sambil menangis. Ambar memeluk Laksmi dengan erat.

Laksmi : Maafkan saya, maafkan saya.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun