Nathalie melangkah dengan wajah lusuh, capek sepulang kerja. Di ruang tengah dilewatinya Emak memasang wajah kesal karena anak gadis satu-satunya masih memikirkan keputusannya setelah Michael seorang duda kaya berniat melamar Nathalie. Nathalie melihat beberapa paket sembako dan bingkisan lainnya di dapur. Kalau bukan dari laki-laki itu, siapa lagi?
"Bisa ngga, sih ngga usah nerima pemberian orang lain tanpa tahu maksud dan tujuannya apa?" Nathalie menyerocos langsung disambut oleh Emak merasa sangat benar.
"Kamu ini bisanya protes aja. Sudah jelas maksud dan tujuan Michael sangat baik. Dia bisa ubah nasib kita, Nat. Pokoknya kamu harus cepet-cepet mutusin untuk nerima lamaran dia jangan kelamaan mikir."
Nathalie menghampiri Emak dengan wajah kesal sedikit ingin menangis lalu berbicara tegas.
"Andai aja Bapak masih hidup, aku nggak bakal dijual kayak gini sama Emak aku sendiri!!! Aku nggak mau nikah sama laki-laki itu, Mak!"
PLAAKK!!! (Suara tamparan)
Emak menampar Nathalie sangat keras. Emosinya meningkat ketika dia melihat mata anak gadisnya yang seolah tidak menyesal telah berkata seperti itu. Lalu Emak menangis menuju kamar. Sejurus kemudian Nathalie mengintip Emaknya yang menangis dari pintu dan memasang muka bersalah.
Perlahan Nathalie melangkah ke arah Emak dan duduk di sampingnya.
"Mak, maafin Nathalie, ya. Nathalie nggak bermaksud ngomong kayak gitu."
"Kamu nggak pernah ngerti perasaan Emak selama ini, Emak Cuma pengen hidup kamu berubah, punya keluarga yang sayang sama kamu."
"Nathalie butuh waktu,Mak. Waktu buat nemuin alasan kenapa Nathalie harus nikah sama laki-laki itu."