"Kau berbelebihan. Ingat kau menangis karena si brengsek itu? Kau sangat drama queen." dia mencoba mengejekku lagi.
"Sudahlah, itu mengerikan sekali."
Kami diam sejenak, berusaha mengasah kembali kenangan-kenangan buruk. Lalu aku ingat pada suatu waktu di bully oleh salah satu guru yang kupikir dia tidak suka dengan performance ku di mata pelajarannya.
"Lempar bolanya, bocah payah!"
"Tidak semengerikan dikunci di toilet rusak oleh si perundung itu," dia mengatakan itu. Aku kaget di tengah memikirkan hal itu.
"I'm so sorry, kamu masih ingat?"
"Beberapa. Tapi ketakutannya masih terasa abadi."
Aku menyentuh bahunya dan berkata,
"Kini kita jauh lebih dewasa, bisa melindungi diri sendiri."
"Aku tak percaya padamu." Dia malah bercanda seolah menutupi kesedihannya.
"Masih ingat Mr. Harry? Guru olahraga?"