"Nun suka kuda Ayah, bermacam-macam kuda Nun suka, tapi Nun tidak mau mati di tendang kuda," jawabku penuh riang gembira.
Tanpa banyak kata Ayah mengeluarkan kuda dan membawanya kearahku. Lalu Ayah memberitahu dahulu sebelum Aku menunggang kuda.
  "Namanya Zebra, walaupun ini kuda Arab," beritahu Ayah dan Aku angguk paham.
  Â
Sebenarnya ini Kuda sejak usiaku tujuh tahun Kakek memberiku, tapi Ayah belum mengizinkan untuk Aku menunggang kuda memandangkan usiaku dahulu masih kecil. Kakek pun sudah berpesan kepadaku sebelum Kakek meninggal akibat terkena virus covid 19, untuk Aku jaga baik-baik warisan turun temurun dari Kakek. Kakek tahu Aku butuh teman dan hiburan jadi Kakek beri Aku kuda itu pun kuda bekas Kakek saat dirinya masih muda. Dan Zebra adalah anak kuda yang Kakek pakai. Kuda asli Kakek emaknya Zebra sudah mati karena sakit tua.
  "Ayah, Nun mau photo sama Zebra. Boleh?"ucapku dengan senyum bahagia.
  "Boleh sangat, Nun. Ibu! tolong ambilkan kamera Ayah di tas dekat kursi rotan di ruang tamu ya," panggil Ayah dari luar.
  "Ya Pak," sahut ibu dari dalam rumah. Tak lama kemudian Ibu keluar dengan kamera Canon milik Ayah.
Lalu Aku ambil posisi photo berdiri didekat kuda sambil bebisik kepada kuda sebelum photo. Zebra mempunyai bulu putih yang halus, giginya yang tersusun rapih, Zebra adalah kuda Arab jantan yang gagah. Saya suka.
  "Hy Zebra, kenalin namaku Nun. Bakalan jadi permaisurimu," bisikku sambil tersenyum.
  "Eh, senyum pulak dia. Bahagialah tu," ujar Ibu dan Ayahku.