Mohon tunggu...
Nur Adfina Shebrin
Nur Adfina Shebrin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Saya seorang mahasiswa aktif yang senang mengambil foto untuk mengabadikan keindahan dunia ini dalam satu momen yang tak tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tantangan dan Peluang di Era Digital bagi Negara dalam Demokrasi

27 Juni 2024   22:17 Diperbarui: 7 Juli 2024   18:01 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber : Canva.com

Keempat, penguatan kinerja institusi dan aktor politik juga sangat penting. Peningkatan kualitas dan kapasitas pemimpin politik, birokrat, dan anggota parlemen akan berdampak positif terhadap efektivitas pemerintah dan  kebijakan yang baik. Penting juga untuk memperkuat kemampuan partai politik  dalam mewakili keinginan masyarakat dan berfungsi sebagai lembaga kuat yang menjaga pemerintahan.

Terakhir, penting untuk membangun budaya demokrasi di masyarakat. Melalui pendidikan  kewarganegaraan dan partisipasi aktif dalam organisasi masyarakat, masyarakat  dapat lebih  memahami nilai-nilai demokrasi, bertindak secara bertanggung jawab, dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Kesimpulannya, demokrasi di Indonesia adalah sebuah perjalanan yang terus berkembang. Langkah-langkah di atas adalah menjaga independensi lembaga demokrasi, melibatkan generasi muda, mengatasi polarisasi politik,  memperkuat kinerja lembaga politik dan aktor politik, serta membangun budaya demokrasi di masyarakat. Melalu hal ini, indonesia dapat memperkuat demokrasinya dan mewujudkan demokrasi yang berkelanjutan. Demokrasi yang kuat dan inklusif memungkinkan indonesia mencapai kemakmuran, keadilan, dan kemajuan yang di harapkan oleh penduduknya.

PERTANYAAN PENULISAN

  • Apa yang dimaksud dengan demokrasi era digital?
  • Apa saja tantangan dan peluang demokrasi digital bagi negara?
  • Apa saja karakteristik dari misinformasi dan disinformasi dalam era digital?

TUJUAN PENULISAN

  • Untuk mengetahui demokrasi era digital
  • Untuk mengetahui tantangan dan peluang demokrasi digital bagi negara
  • Untuk mengetahui karakteristik dari misinformasi dan disinformasi dalam era digital

TINJAUAN PUSTAKA

Era digital bisa juga disebut dengan globalisasi. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya yang banyak disebabkan oleh kemajuan infrastruktur telekomunikasi, transportasi dan internet. Sedangkan sistem digital dapat menghilangkan faktor pengganggu saat menstransmisikan sinyal asli dengan cara pengkodean (merubah sinyal menjadi bit) dan membuat sampel gelombang suara dan menerjemahkannya dalam interval yang diubah. Jadi hasilnya lebih jernih, akurat dan tidak tertunda sinyal (Carlin, 2010: 229-230).

Salah satu keunggulan utama teknologi digital adalah memfasilitasi pertukaran informasi. Warga negara dapat dengan cepat dan mudah berbagi berita, data, dan pandangan politik di seluruh platform media sosial. Hal ini memberikan kesempatan kepada warga negara untuk menjadi pemimpin opini dan mempengaruhi persepsi publik terhadap isu-isu politik. Namun, mengelola informasi yang disebarluaskan ini juga menimbulkan tantangan, karena masyarakat juga perlu menyaring dan memverifikasi informasi yang mereka terima agar tidak menjadi korban penyebaran disinformasi dan rumor.

Namun, ada beberapa tantangan yang harus diatasi ketika berpartisipasi dalam politik di era digital. Salah satunya adalah penyebaran informasi palsu atau berita palsu yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu politik dan mempengaruhi keputusannya. Misinformasi dapat menimbulkan kebingungan dan merusak kualitas debat publik. Manipulasi pemilu juga menjadi masalah serius ketika berpartisipasi dalam politik di era digital.

Di era digital, partisipasi politik memiliki banyak manfaat, tetapi juga tantangan, yang harus diatasi dengan hati-hati agar partisipasi politik dapat berlangsung dengan baik dan inklusif. Polarisasi opini politik yang semakin meningkat di media sosial merupakan masalah utama. Algoritma media sosial yang mengubah konten sesuai dengan preferensi individu dapat menciptakan apa yang disebut sebagai "filter bubble", di mana orang hanya akan dipaparkan dengan sudut pandang yang sesuai dengan keyakinan mereka. Ini dapat meningkatkan polarisasi dan membatasi pemahaman yang seimbang dan menyeluruh tentang masalah politik.

Dengan demokrasi digital, negara dan pemerintahan menghadapi tantangan baru untuk menjadi lebih responsif terhadap perubahan politik yang berkembang dengan pesat. Ini disebabkan oleh partisipasi politik yang lebih aktif di era digital, serta kecepatan dan ketersediaan informasi yang luas yang memungkinkan masyarakat untuk lebih mudah terlibat dalam proses politik. Namun, di balik prospek yang menguntungkan, ada juga potensi bahaya, seperti penyebaran disinformasi dan manipulasi elektoral, yang dapat mengganggu etika dan kualitas diskusi publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun