Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biarkan Aku di Sini

24 Maret 2022   06:36 Diperbarui: 24 Maret 2022   07:03 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Percuma!"

            Tangan Yu Jum menyibak selendang ke belakang. Dia beranjak dari dipan menuju pintu warung. Dia mendengar keributan. Tampak Darko, anak semata wayangnya, berlari masuk rumah dengan tergopoh-gopoh.

            "Mak! Ada apa?"

            Bukan hanya Darko, tetapi beberapa pemuda pasar Sriniti berkumpul di depan warung. Masih terengah-engah, Darko kembali bertanya. Namun, Yu Jum hanya memegangi kepalanya, lalu pingsan.

            Terjadi kehebohan di depan rumah. Darko segera membopong ibunya menuju dipan di ruang samping. Matanya sempat melebar tatkala melihat Dariah di dalam rumahnya. Bukan itu saja, terlihat Dariah sedang memegang pisau.

            "Mak! Mak kenapa, Mak!"

            Tangan Darko buru-buru membuka selendang yang dipakai emaknya. Saat itu, aku hampir saja tersungkur. Gerakan tangan laki-laki itu sangat kasar. Kedua tangannya sekarang membingkai wajah pucat Yu Jum.

            Aku mendengar Darko menangis melihat Yu Jum hanya terdiam. Matanya nyalang menatap Dariah yang diam mematung kebingungan. Sepertinya Darko menarik kesimpulan singkat atas apa yang dilihatnya. Dia menghampiri Dariah yang masih menggenggam pisau. Tangan Darko menunjuk wajah perempuan itu.

            "Kamu apakan Emak?" Gerahamnya mengeras. Suaranya meninggi.

            Dariah berangsur mundur dan terdesak di dinding papan rumah sekaligus warung. Tak ada celah baginya untuk mundur lagi. Darko makin kalap sementara tangan Dariah menghunus pisau. Segala kemungkinan bisa terjadi dalam hitungan detik.

            Aku bergerak tak beraturan ke depan dan belakang sampai akhirnya terdengar suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun