Pria yang kemudian mengenalkan dirinya bernama Rustam itu, hanya melirik sekilas, lalu mengiakan. Duyen berjalan menuju mobil dengan langkah gontai. Dia mengutuk dirinya yang tak berhasil mengejar pria yang dia yakin itu Bao. Entah dari mana keyakinan itu datang.
"Siapa yang Mbak kejar tadi?" tanya Rustam memecah kesunyian perjalanan. Dayen memperhatikan Rustam yang terlihat dari spion depan. "Maaf kalau saya cerewet." Pria itu kembali fokus ke jalan beraspal menuju Pulau Galang.
Seratus meter lagi memasuki jembatan, Barelang 2. Masih ada Barelang 3, 4, 5, dan 6. Dan tujuan Dayen adalah Jembatan Barelang, Batam-Rempang-Galang, 5.
Dayen menikmati perjalanan dengan memanjakan mata menikmati tumbuhan liar di kiri kanan jalan. Pemandangan yang hampir tidak pernah dia jumpai lagi semenjak tinggal dan menetap di Australia. Tepatnya di Kedutaan Vietnam di Sidney. Sementara itu, Rustam menaikkan volume tape di mobilnya. Dendangan lagu Melayu terdengar ramah memasuki telinga.
"Mas orang mana?" Dayen bertanya, kali ini dengan bahasa Indonesia yang lumayan lancar.
"Loh, bise cakap Indonesia? Ngomonglah dari tadi," ucapnya dengan nada gemas. "Saye orang Melayu, Miss."
Dayen mengangguk. Gadis itu lalu bercerita tentang tujuannya ke Galang tanpa Rustam bertanya. Menurutnya, dia ingin menyusuri jejak keluarganya di sana.
Mobil memasuki Jembatan Barelang 5. Tidak lama kemudian memasuki sebuah wilayah kamp pengungsian Vietnam. Bagi Rustam hal biasa jika dia mengantar turis mengunjungi bekas kamp ini. Namun, tidak tujuannya kali ini.Â
Penumpang yang menyewa jasanya ingin mencari jejak keluarganya yang mungkin tertinggal di sini. Padahal menurut Rustam, sejak 1996, para pengungsi sudah meninggalkan Pulau Galang. Sebagian kembali ke Vietnam atau tinggal dan menetap di negara ketiga setelah memperoleh suaka, seperti orang tua Dayen.
Mobil berhenti mendadak ketika Dayen dengan tiba-tiba berseru melihat sebuah perahu. Dayen terpana melihat replika perahu yang dulu dipakai leluhurnya untuk mencapai daratan. Manusia-manusia kapal yang bertahan hidup di tengah ganasnya gelombang Laut China Selatan.
Dayen mendekat. Perlahan dia menyentuh bagian buritan kapal itu. Potongan-potongan cerita itu kembali muncul, hingga air matanya mengalir.