Aku sering mendengar, jika rumah dibiarkan kosong terlalu lama akan menjadi tempat berkumpulnya makhluk kasat mata. Apakah itu juga yang sedang terjadi di rumahku itu?
"Mbak Mayang ...," panggil seorang perempuan desa yang sederhana, Bu Marni.
"Ya, Bu."
Aku beranjak berjalan menuju pintu. Pintu terkuak dan Bu Marni memasang senyumnya.
"Jadi bersihkan rumah, Mbak?"
"Ya, ya. Jadi, Bu." Aku mengambil hijabku dan berjalan mengikuti Bu Marni yang sudah membawa alat-alat.
"Bu, boleh saya tahu kenapa Ibu saya meninggalkan rumah ini?" tanyaku tanpa basa-basi sesampai di pintu depan.
"Eeem ... apa Ibu enggak ada cerita?"
Aku terdiam sesaat, sambil mengingat cerita Ibu tentang alasannya meninggalkan Jenar.
"Ibu hanya cerita untuk menjauhkan saya dengan Bapak, Bu."
Bu Marni menatapku, sepertinya ada yang ingin diceritakannya.