"Kamu membunuh ayah dan ibu, setelahnya bunuh diri di ruangan ini, apa kamu masih tak ingat?" Reika kembali berbicara.
"Kamu sakit, kepribadian gandamu membuatmu menjadi seorang yang kejam dan tega membunuh orang tuamu sendiri,"
Mitha menatap Reika yang kini telah menangis tersedu.
"Ini rumah kita dulu, juga tempat dimana kenangan indah berubah menjadi kenangan kelam dalam semalam,"
Sekelebat ingatan muncul bagai kaset rusak. Mitha seperti melihat film yang terputar, perasaan menyesal dan kecewa memenuhi dirinya.
Ia mengingatnya..
Dirinya yang memegang pisau bak orang kesetanan menyakiti ibu dan ayahnya. Walau ia yakin itu dirinya yang lain, rasa sakit itu benar terasa.
Saat ia tersadar, hanya tubuh kaku ayah dan ibu yang penuh darah serta wajah penuh air mata sang kakak yang terlihat.
Ia ingat sekarang, Reika..ia adalah kakaknya. Orang yang selama ini bermain bersamanya adalah satu-satunya manusia hidup yang dapat melihatnya.
"Aku tidak bermaksud menyuruhmu mengakhiri hidup saat itu, hanya saja..dua tahun lalu aku benar-benar terguncang melihat ayah dan ibu dalam keadaan semengerikan itu,"
"Benar aku sempat membencimu, tapi sekarang, istirahatlah dengan tenang," Reika mengusap air matanya. Menatap Mitha yang kini hanya diam mematung.