"Ayah masih sama, selalu khawatir berlebih pada Mitha. Ibu juga menjaganya ayah, tenang saja," ibu berucap sembari mengusap pelan lengan suaminya.
"Aku hanya ingin putriku baik-baik saja, tidak ingin dia ketakutan," Ayah kembali berkeluh kesah dan hanya ditanggapi dengan usapan ibu yang sekarang berpindah ke punggung lebarnya.
.
.
.
Hari terasa begitu cepat, rasanya jarak antara senin ke minggu layaknya hitungan detik, benar-benar tak terasa.
Reika juga sudah sembuh, jadi hari minggu ini mereka berdua berencana untuk pergi ke rumah kosong.
Dengan atribut layaknya seorang detektif, mereka sepakat bertemu di taman seperti tempo hari.
"Wah..wah, bagusnya jaketmu," Reika bertepuk tangan heboh menatap Mitha.
"Dasar norak, sudah..ayo berangkat," Mitha berjalan mendahului Reika.
.
.
"Wah! Ternyata rumahnya benar-benar besar, lebih besar jika dilihat sedekat ini!" Mitha terkagum-kagum.
Reika mengangguk mengiyakan. Menatap bangunan di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan.
" Ayo masuk," Mitha dengan semangat menyerukan ajakan.
"Kita lihat dulu sekitaran rumah ini, baru masuk, bagaimana?" Reika tidak mengiyakan tetapi memberikan saran.
Mitha tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk.