Mitha cemberut, melangkahkan kakinya mendahului sang ayah untuk memasuki rumah. Ayah hanya terkekeh melihat kelakuan putrinya itu.
.
.
.
Makan malam terlaksana dengan cukup hening, Mitha dan kedua orang tuanya hanya sibuk mengunyah tanpa bersuara yang lain.
Baru setelah makanan telah habis dan piring telah kosong, percakapan mulai terjadi.
"Setelah ini belajar, jangan lupa," perkataan ayah membuat Mitha menoleh, menatapnya.
"Iya ayah, jika mengantuk aku akan tidur," Mitha terkekeh saat sang ayah memelototinya.
"Kemarikan piringnya, biar aku cucikan," setelah tawanya reda, Mitha beranjak dari kursinya, membawa serta piring orang tuanya untuk dicuci.
"Aku akan ke kamar, selamat malam ibu, ayah," Mitha berucap sembari mengecup pipi kedua orang tuanya.
Ibu dan ayah hanya tersenyum dan mengusap rambutnya sayang.
"Seharusnya jangan biarkan Mitha bermain dengan Reika," sang ayah mulai bersuara.
Ibu yang mendengar tersenyum kalem.
"Tidak apa, mereka hanya bermain saja,"
"Tapi mainnya aneh-aneh, itu tidak baik untuk perkembangan Mitha," sang ayah mulai bicara menggebu.