"Oke. Memang benar Allah akan mengampuni semua dosa kita, bahkan penzinah/pemabuk sekalipun tetap akan Allah maafkan, tapi apakah kalau kita terus mengulang kesalahan yang sama. Ah, nanti juga taubat lagi ini, jadi gak apa-apa, terus aja diulang lagi toh nantinya akan Allah maafkan ini."
"Dablek! Emangnya dosa/pahala itu permainan? Seenaknya menyepelekan hal-hal yang sudah jelas tau bahwa resiko-nya akan mendapatkan dosa/pahala, tapi masih terus aja dilakoni. Ya kalau itu berpahala, mau berbuat sebanyak mungkin pun tidak masalah, malah sangat dianjurkan."
"Tapi kalau itu berdosa? Sudah jelas-jelas Allah melarangnya/mengharamkannya dan meminta hamba-Nya untuk menjauhinya. Ya kamu adalah hamba-Nya yang tidak tau diri! Pahamilah sampai ke sana, itu pun kalau kamu mikir bahwa kamu itu hanyalah seorang hamba, gak ada artinya kamu bertaubat kalau hal-hal sepele saja masih kamu lakukan apalagi hal lainnya." ucap Langit yang langsung mengakhiri sesi diskusi-nya.
"Langit, kok kamu malah ngebentak aku sih? Aku kan cuma nanya doang, emang tau kesalahanku apa yang dilakukan berulang-ulang itu?" protes Bunga tak terima.
Pemuda itu pun tersenyum tipis, "Pacaran kan? Jatuh cinta kan? Menyukai lawan jenis kan? Apa aku salah?"
Deg!
'Sialan! Pria ini.... benar-benar bikin emosi!' umpat Bunga dalam hatinya.
"Iya-in aja deh, biar cepet!" ketus Bunga pada akhirnya.
"Kalau kamu tau bahwa semua itu salah, kenapa kamu gak nikah aja?" ucap Langit lagi. Ia tau, perempuan dihadapannya ini sedang marah padanya.
"Makannya aku gitu juga, karena calon-nya pun belum ada! Emang sialan kamu!" geram Bunga, kali ini dia benar-benar sensi pada pemuda di hadapannya ini.
"Kalau nikah sama aku, kamu mau gak?"