Ternyata masalah pembatalan itu terjadi karena masalah sepele saja. RW ku mendapat juara lomba kebersihan tingkat kecamatan dan lomba pos yandu sehat. RW sebelah tidak mau terima karena selama ini pak RW sebelah itu terkenal dekat dengan pejabat-pejabat desa dan kecamatan. Kenapa harus RW 03 yang juara kenapa bukan RW 06 yang juara? Waduuhhh tanyalah pak itu pada rumput yang bergoyang.
**********
      Dugaanku tepat, Winda menangis saat diberitahu bahwa acara panggung di RW 06 dibatalkan, RW kami tidak jadi mengisi acara di panggung tersebut dengan dalih acara kesenian dari RW 06 pun sudah cukup banyak dan waktu tidak memungkinkan untuk menampilkan acara dari anak-anak RW 03.Â
      "Yaaah sudahlah mau apalagi, dunia belum berakhir, Dek kamu tidak jadi manggung juga." Ujarku.
      Akhirnya ayah memberikan pengertian pada Winda bahwa merayakan hari kemerdekaan itu tidak harus selalu dengan acara-acara seperti itu, tak perlu kecewa karena batal manggung, yang terpenting adalah kita harus memahami esensi dari hari kemerdekaan itu. Belajar dari pengorbanan para pahlawan kita yang sudah berjuang sampai titik darah penghabisan untuk kemerdekaan negara kita ini. Masih banyak peluang dan kesempatan kita untuk terus berkarya mengisi kemerdekaan ini selain dengan membuat acara-acara pertunjukkan panggung yang bersifat temporer itu.
      Aku berusaha menghibur Yuli, bahwa latihannya selama ini bukanlah hal yang sia-sia, anggap saja latihan yang dilakukannya rutin sebagai bentuk perjuangannya melestarikan budaya kita khususnya tari Sunda. Pasti akan ada kesempatan lain lagi untuk tampil dengan kondisi yang jauh lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H