***********
      Panas yang menyengat membuat aku masih bertahan di kampus untuk tidak pulang dulu. Selain karena teriknya matahari juga karena aku harus ke perpustakaan bersama teman-teman mencari beberapa buku untuk tambahan referansi tugas presentasi minggu depan. Perkuliahan baru beberapa minggu dimulai, tapi tugas sudah mulai berdatangan dari beberapa dosen.
      Baru aku memasuki gedung perpustakaan yang sejuk itu tiba-tiba hpku berdering. Panggilan masuk dari Resti.
      "Gita...gawaaaattt...!!"  Resti setengah berteriak dan sedikit panik menelponku.
      "Ada apa Res?" Tanyaku kaget.
      "Kamu dimana sekarang? Ada yang harus kita bicarakan, penting banget," Resti sepertinya benar-benar panik.
      "Iya apaan yang gawat Res, kasih tau dong sedikit supaya aku gak bingung."
      "Acara panggung kita terancam batal Git, aku khawatir anak-anak pengisi acara akan kecewa," Resti menjelaskan dengan penuh kecemasan.
      "Oke Res...ntar sore aku ke rumahmu ya, aku masuh di perpus bentar lagi aku pulang," Aku memotong pembicaraan.
      Ternyata kekhawatiranku selama ini benar-benar terjadi. Ada masalah apalagi ini dengan RW sebelah...duuhhh kenapa siiiih seneng banget cari masalah dengan saudara sendiri sekampung?
      Sore itu dirumah Resti tidak ada jadwal latihan, Arga sang ketua pemuda dan beberapa teman pengurus karang taruna sudah berkumpul juga disana. Resti sengaja meliburkan latihan hari ini dengan dalih badannya sedang kurang sehat padahal hari H sudah dekat, tanggal 17 tinggal 1 hari lagi. Acara puncak panggung kesenian tanggal 20 Agustus sudah di depan mata, persiapan sudah matang karena akan dihadiri oleh walikota tapi semua terancam batal. Terbayang adikkku pasti akan menangis jika dia tahu bahwa acaranya batal.