Laporan Delors  menekankan bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan individu secara holistik, meliputi aspek intelektual, emosional, sosial dan moral. Konsep ini memberikan dasar untuk mendefinisikan kembali tujuan pendidikan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang utuh dan mampu berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang damai dan berkelanjutan.
Di Indonesia, gagasan ini mulai dimasukkan ke dalam kebijakan pendidikan, namun masih terdapat berbagai tantangan dalam implementasinya. Berdasarkan penelitian majalah Wibowo "Cakrawala Pendidikan" (2017), pilar-pilar pendidikan tersebut berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional, khususnya pengembangan karakter peserta didik. Sementara itu, penelitian  Sukardi (2018) yang dimuat dalam  Jurnal Pendidikan Karakter menyoroti bahwa penerapan pilar "Learning to Be" dapat memperkuat pendidikan berbasis nilai-nilai budaya lokal di Indonesia.
Kajian lain dalam Pendidikan dan Kebudayaan oleh Prathama (2019) menjelaskan pentingnya pembelajaran hidup bersama dalam konteks pendidikan multikultural untuk mengatasi potensi konflik sosial. Kajian Setiawan (2020) yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Indonesia menemukan bahwa mengintegrasikan empat pilar pendidikan ke dalam kurikulum 2013 merupakan langkah penting menuju era digital yang membutuhkan pembelajaran berbasis teknologi. Saya tekankan satu hal.
Konsep empat pilar pendidikan tidak hanya menjadi pedoman global karena sejarahnya yang panjang, namun juga relevan dengan situasi pendidikan di Indonesia. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah dan implementasinya dapat membantu mengarahkan kebijakan pendidikan nasional ke arah yang lebih komprehensif dan inklusif.
Definisi Setiap Pilar
Konsep empat pilar pendidikan yang dikembangkan UNESCO dalam Delors Report (1996) merupakan landasan penting bagi perkembangan sistem pendidikan global. Pilar-pilar tersebut memuat penjelasan teoritis yang saling melengkapi untuk mengembangkan sumber daya manusia berwawasan luas yang  mampu beradaptasi terhadap perubahan dan berkontribusi positif kepada masyarakat. "Belajar Mengetahui" atau "Belajar Mengetahui" menekankan pentingnya proses belajar dalam memahami dunia melalui pengetahuan  dari berbagai sumber. Pilar ini bertujuan tidak hanya untuk memahami fakta, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menganalisis dan memahami hubungan antar konsep. Menurut Wibowo (2018) dalam majalah Cakrawala Pendidikan, pilar ini membantu individu membangun landasan intelektual yang kuat dan rasa ingin tahu yang mendalam melalui hal-hal seperti pelatihan literasi dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah dalam berbagai situasi.
Selain itu, "Learning to Do" atau "Learning to Do" berfokus pada perolehan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Pilar ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pribadi agar mampu bertindak efektif dan adaptif dalam situasi tertentu. Sukardi (2018) menyatakan dalam majalah Pendidikan Karakter  bahwa pilar ini terkait dengan pengembangan kompetensi teknis dan soft skill seperti kerja tim, kreativitas, dan keterampilan komunikasi. Contoh implementasi  pilar ini adalah pelatihan berbasis proyek dan magang di dunia kerja.
Dan ``Belajar Menjadi'' atau ``Belajar Menjadi'' ditujukan untuk pengembangan karakter dan pengembangan diri sebagai individu yang seimbang secara emosional, moral, dan sosial. Tujuan dari pilar ini adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang utuh dan mampu berperan aktif dalam masyarakat. Pratama (2019) menjelaskan dalam majalah "Pendidikan dan Kebudayaan" bahwa pilar tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai budaya  dan agama lokal. Contohnya seperti mengembangkan bakat dan minat siswa, membentuk rasa tanggung jawab dan sikap empati.
Terakhir, Belajar Hidup Bersama menekankan pentingnya hidup bersama secara damai dan harmonis, terutama dalam masyarakat  multikultural. Setiawan (2020) menjelaskan dalam majalah Pendidikan Indonesia  bahwa pilar ini fokus pada pengajaran nilai-nilai seperti toleransi, dialog antar budaya, dan resolusi konflik. Implementasi praktisnya dapat ditemukan dalam pendidikan multikultural, kegiatan sosial, dan program pengabdian masyarakat.
Melalui pemahaman teoritis dan praktis keempat pilar tersebut, pendidikan tidak hanya berperan dalam menghasilkan individu yang cerdas, tetapi juga membentuk manusia yang berintegritas moral dan mampu beradaptasi dengan berbagai situasi kehidupan. Pilar-pilar ini merupakan fondasi penting untuk membangun masyarakat yang inklusif, harmonis, dan berkelanjutan.
Studi Sebelumnya.