"Saya lebih takut anak ini punya ingatan buruk tentang hidupnya, paling sedih lihat ibu, orang perempuan yang sakit". Selamat mengoceh ke isterinya.Â
Namun...Â
Belum sampai adzan maghrib, neneknya pulang.Â
Amir tersenyum, tak lagi menangis.Â
Nenek pulang bersama ayah dan ibu, ibunya wafat beberapa jam yang lalu dan saat sudah diurus, jenazahnya dapat dipulangkan.Â
Anak itu kembali menelan pil pahit kehidupan, harus hidup tanpa sosok ibu yang sering memarahinya dan sesekali mencium pipinya saat tidur.Â
Ayahnya menangis, muka menyesal itu terlihat. Amir digendong oleh ayahnya yang menangis membasahi baju mungil di tubuh Amir. Tangisan itu belum ada apa-apanya dibandingkan bu Harti.Â
Nenek usia hampir 70 yang selalu ceria di mata masyarakat mengalami patah hati paling sakit, ditinggal anak.Â
-----
Kedua orang itu menangis, tapi Amir hanya memandangi mereka. Anak kecil itu mungkin akan menangis disaat hidupnya sepi. Kemana ibu?Â
Maka hanya neneknya yang saat ini masih bisa ia harapkan. Kalau saja ibu tak minum jamu yang dibelikan ayah untuk membunuh adik di perut, mungkin ibunya masih bisa memarahi Amir atau neneknya yang masih bisa menyembunyikan tangis di hatinya.Â