Jun Pyo mengusap wajahnya yang basah oleh sampanye. Wajah itu merah padam menahan amarah.
"Geum Jan Di!" geramnya.
Aku hanya tersenyum. Aku sudah membuang cukup waktu di sini. Sudah waktunya melepaskanmu, Gu Jun Pyo, begitu tekadku.
Aku mengangkat dagu, membalikkan badan, dan melangkah pergi. Dengan percaya diri aku turun dari panggung yang mempermalukan semua orang kecuali diriku. Di atas sana aku tidak merasa malu. Aku telah menemukan kebebasanku kembali, dan cinta pada diriku yang kusangka sudah lama tergantikan oleh cinta mati pada dirinya.
Di Makau aku meninggalkan Gu Jun Pyo, dan bukan sebaliknya. Di Makau, aku kembali merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H