Air mataku mengalir deras seperti tetesan hujan. Cukup, cintamu saat ini cukup bagiku.
"Rui, kita perlu bicara," katanya.
"Nanti saja." Aku tak mengacuhkan kehadirannya di hadapan kita. "Kami masih punya satu bulan lagi."
Itu yang kuputuskan pada suatu sore pada bulan Juli, ketika hujan mengguyur gedung tempat kita berjumpa berjuta kali. Saat hujan turun pada bulan-bulan berikutnya, kau sudah berada di tempat yang jauh. Ragamu dan hatimu adalah milikmu, bukan milikku.
Hari ini aku mendongak menantang langit. Tak terasa bulan Juni sudah datang kembali. Dan hujan turun lagi.