Joe menundukkan kepalanya, wajahnya terlukis begitu banyak rasa bersalah yang siap-siap ia sampaikan pada Ketta.
"Ma'af, selama enam jam kamu belum sadar. Saya tidak sengaja membaca buku harianmu yang tergeletak di sampingmu waktu kamu pingsan. Sekali lagi saya minta ma'af padamu."
Ketta tersenyum lebar, lalu ia berkata "Nggak apa-apa. Justru aku senang sekali, karena ada seseorang yang mau membaca isi kepala dan hatiku yang begitu hancur."
"Nggak mau marah?"
"For what?"
"Hati seorang guru benar-benar lapang ya,"
Ketta tidak menyangka akan bertemu manusia; tepatnya seorang laki-laki yang benar-benar mengahargai mimpi-mimpinya itu. Di dalam dadanya seperti ada pelangi dan ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan memenuhinya. Senang dan begitu bahagia disaat-saat yang seharusnya membuatnya sedih karena dekat dengan kata pulang.
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H