Mohon tunggu...
Rifqi Ulinnuha
Rifqi Ulinnuha Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

pecinta filsafat, teologi, tasawuf, psikologi, moderasi agama-toleransi, lingkungan hidup, kemanusiaan, sosial-budaya, gender dan sastra.🪄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berlin Und Zuneigung #1

14 Agustus 2024   18:12 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:19 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest: Shar(https://pin.it/6nEYyE9LM)

Joe menundukkan kepalanya, wajahnya terlukis begitu banyak rasa bersalah yang siap-siap ia sampaikan pada Ketta.

"Ma'af, selama enam jam kamu belum sadar. Saya tidak sengaja membaca buku harianmu yang tergeletak di sampingmu waktu kamu pingsan. Sekali lagi saya minta ma'af padamu."

Ketta tersenyum lebar, lalu ia berkata "Nggak apa-apa. Justru aku senang sekali, karena ada seseorang yang mau membaca isi kepala dan hatiku yang begitu hancur."

"Nggak mau marah?"

"For what?"

"Hati seorang guru benar-benar lapang ya,"

Ketta tidak menyangka akan bertemu manusia; tepatnya seorang laki-laki yang benar-benar mengahargai mimpi-mimpinya itu. Di dalam dadanya seperti ada pelangi dan ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan memenuhinya. Senang dan begitu bahagia disaat-saat yang seharusnya membuatnya sedih karena dekat dengan kata pulang.

-Bersambung-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun