Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Telepon-telepon Itu

3 Maret 2019   23:08 Diperbarui: 4 Maret 2019   03:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Syukurlah. Beruntung sifat suka telatmu masih membudaya. Kalau tidak kau pasti kesal menungguku."

Hubungan kami terputus. Dia berjanji meneleponku besok pagi. Dia ingin mengajakku jalan-jalan keliling kota Palembang. Itu artinya aku harus bolos kerja. Tapi demi Iin tak apalah.

* * *

Iin seperti hilang ditelan bumi. Janjinya mengajakku jalan-jalan keliling kota Palembang, tak terlaksana. Dia tak meneleponku. Juga besok-besoknya. Sementara ketika aku berusaha menghubunginya, telepon selularnya selalu berada di luar jangkauan alias mati.

Aku heran, kenapa dia seperti mempermainkanku? Sama seperti dipermainkannya hatiku lima tahun lalu. Jujur saja, kala itu aku memendam suka kepadanya. Bahkan karena unsur suka itulah, aku selalu rela menemaninya ke mana-mana. Suatu waktu, karena tak tahan memendam perasaan di dada, kuutarakan rasa cinta itu.

Ternyata aku tak bertepuk sebelah tangan. Kami mengukir janji sehidup-semati. Tapi apalah yang mau dikata, selain berpacaran denganku, dia juga berpacaran dengan Bim. 

Aku sakit hati. Tak pernah kutemui lagi dia, sehingga terdengar kabar dia telah pergi ke Jakarta. Dan hubungan kami terputus, sampai dia meneleponku beberapa hari lalu.

* * *

Kami hampir bertabrakan. Beruntung kami sama-sama langsung bisa berhenti, meskipun belanjaannya berhamburan ke trotoar. 

"Tante Halimah!" Aku tercekat.

"Elang!" Dia menyalamiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun