Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rung Buaya

1 Februari 2019   14:25 Diperbarui: 1 Februari 2019   14:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu di mana?" Kutatap Nek Banun.

"Di kamar, sedang meratap."

"Meratapiku?"

Nek Banun mengeluh. "Ya, juga meratapi kematian Rung." 

* * *

Lelaki itu alangkah menawannya. Setiap kali dia tampil di panggung Dul Muluk7), aku selalu terpana. Dia pandai bersilat lidah dan humoris. Setiap kali ada tanggapan Dul Muluk, aku selalu hadir bila pelakon utamanya adalah dia.

Itulah mengapa dia akhirnya menawanku. Mengatakan cinta dan kami berpacaran. Hanya saja kedua orang tuaku tak merestui hubungan kami.  Dia bukan orang berpunya. Hanya seniman Dul Muluk. Tak pula orang tuaku perduli kehebatannya menyelami Ogan dan Musi. Kehebatannya mengusir buaya.

Tapi cinta yang larat, akhirnya membuat kami mabuk kepayang. Kami melakukan laku kutuk itu di malam buta, di semak ilalang, seminggu sebelum aku menikah dengan lelaki pilihan Ayah.

Sebab apa pula lelaki pilihan ayah itu ternyata tak bisa melakukan tugasnya sebagai suami. Maka, ketika aku mengandung, dia berang dan menceraikanku. Dia yakin janin itu bukan berasal dari benihnya. 

Dalam hati, aku mengiyakan bahwa janin itu kepunyaan seniman Dul Muluk itu.  Dia yang kemudian karena sakit hati kepada kedua orang tuaku, menikah dengan perempuan kota. Terkabar kemudian dia berada di Singapura menjadi pawang buayat. Kendati berbilang tahun, akhirnya dia rindu kampung. Dia pulang dan tinggal di pinggir Ogan. Tak ada yang tahu banyak tentangnya, kecuali aku dan keluargaku. Orang hanya tahu dia siluman buaya, yang sebenarnya cerita bohong yang kuhembuskan. Semata-mata aku ingin mengubur masa laluku yang suram, juga menjauhkan perempuan hasil hubungan gelap itu darinya. 

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun