Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penjahit Sepatu

10 Januari 2019   16:55 Diperbarui: 10 Januari 2019   17:00 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hai, kenapa kau diam!" Orang berwajah seram itu mengguncangku, seolah tulang-tulangku ingin dia loloskan dari balutan daging. "Bukankah kau sebenarnya yang berhak menghuni neraka?"

"Kenapa? Anda lihatlah kenyataan hidup Sulaiman di dunia!" Aku tak peduli apakah orang itu malaikat atau entah apa jabatannya, toh aku merasa lebih beriman dari Sulaiman.

"Mari kita buka kisah lama kalian di dunia." Orang itu mengambil sebuah buku yang sangat besar entah darimana. Dia membuka lembaran demi lembaran buku itu. Kemudian di halaman yang kesekian ribu, dia berhenti. Mata kami terfokus ke lembaran yang bergerak seperti layar televisi.

Aku melihat seseorang yang sedang duduk menjahit sepatu. Nah, dia itu Sulaiman. Biarlah orang yang menyeramkan itu membuktikan sendiri kata-kataku. Biarlah Sulaiman tahu rasa telah menyelinap ikut jamaah ke sorga, sementara dia hanyalah pengkhianat.

Nah, itu aku, sedang berjalan mendekatinya. Aku mengajaknya shalat berjamah, dan Sulaiman hanya menyuruhkan berangkat duluan saja.

"Lihat itu, bukti! Bukti...." Aku tertawa.

"Sabar dulu. Kita lihat lanjutannya."

Setelah aku pergi, Sulaiman tiba-tiba berdiri. Dia mengeluarkan sesuatu dari kotak tempat penyimpanan  perkakas jahit sepatu. Sehelai bajo koko dan kain sarung. Ah, apa hebatnya pakaian itu? Apakah itu yang membuatnyaberhak masuk sorga?

"Saya mau bertanya, apakah pakaian yang anda gunakan untuh shalat berjamaah adalah pakaian anda yang paling bagus?" Orang menyeramkan itu mengalihkan perhatianku dari buku yang dipegangnya. Kutatap dia lekat-lekat.

"Tidak, itu pakaian yang biasa kukenakan saat berdagang."

"Nah, Sulaiman selalu mengenakan pakaian yang terbaik ketika shalat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun