"Hai, kenapa kau diam!" Orang berwajah seram itu mengguncangku, seolah tulang-tulangku ingin dia loloskan dari balutan daging. "Bukankah kau sebenarnya yang berhak menghuni neraka?"
"Kenapa? Anda lihatlah kenyataan hidup Sulaiman di dunia!" Aku tak peduli apakah orang itu malaikat atau entah apa jabatannya, toh aku merasa lebih beriman dari Sulaiman.
"Mari kita buka kisah lama kalian di dunia." Orang itu mengambil sebuah buku yang sangat besar entah darimana. Dia membuka lembaran demi lembaran buku itu. Kemudian di halaman yang kesekian ribu, dia berhenti. Mata kami terfokus ke lembaran yang bergerak seperti layar televisi.
Aku melihat seseorang yang sedang duduk menjahit sepatu. Nah, dia itu Sulaiman. Biarlah orang yang menyeramkan itu membuktikan sendiri kata-kataku. Biarlah Sulaiman tahu rasa telah menyelinap ikut jamaah ke sorga, sementara dia hanyalah pengkhianat.
Nah, itu aku, sedang berjalan mendekatinya. Aku mengajaknya shalat berjamah, dan Sulaiman hanya menyuruhkan berangkat duluan saja.
"Lihat itu, bukti! Bukti...." Aku tertawa.
"Sabar dulu. Kita lihat lanjutannya."
Setelah aku pergi, Sulaiman tiba-tiba berdiri. Dia mengeluarkan sesuatu dari kotak tempat penyimpanan  perkakas jahit sepatu. Sehelai bajo koko dan kain sarung. Ah, apa hebatnya pakaian itu? Apakah itu yang membuatnyaberhak masuk sorga?
"Saya mau bertanya, apakah pakaian yang anda gunakan untuh shalat berjamaah adalah pakaian anda yang paling bagus?" Orang menyeramkan itu mengalihkan perhatianku dari buku yang dipegangnya. Kutatap dia lekat-lekat.
"Tidak, itu pakaian yang biasa kukenakan saat berdagang."
"Nah, Sulaiman selalu mengenakan pakaian yang terbaik ketika shalat."