Aku mengikuti perintah ibu, tetapi pikiranku masih melayang-layang. Apa yang baru saja kulihat? Hutan itu, pohon-pohon besar, ular, dan kera putih—semuanya terasa begitu nyata. Namun di mata ibu, aku hanya seorang anak yang melamun di kamar mandi.
Malam itu, aku tidak bisa tidur. Suara-suara dari lorong seolah memanggilku lagi, bayangan hutan dan penghuni-penghuninya terus mengganggu pikiranku. Aku tidak berani menceritakan hal itu pada siapa pun. Siapa yang akan percaya? Bahkan aku sendiri tidak yakin apa yang baru saja kualami.
Yang kutahu, menstruasi pertamaku bukan hanya tanda kedewasaan. Ia adalah gerbang ke dunia yang lebih besar, lebih gelap, dan lebih misterius dari yang pernah kubayangkan. Dan sejak hari itu, aku tahu bahwa hidupku di rumah kakek ini tidak akan pernah sama lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H