6. Penyusunan laporan hasil pemeriksaan.
7. Keputusan tentang langkah lanjutan, apakah akan dibawa ke pengadilan atau penyelesaian internal.
Struktur fabula membantu dalam memahami alur logis dari pemeriksaan tersebut, dan memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk mengikuti perkembangan kasus dari awal hingga akhir secara sistematis.
 Plot dalam Kebijakan Pemeriksaan
Plot, berbeda dengan fabula, tidak hanya berfokus pada urutan kronologis kejadian tetapi juga pada cara peristiwa tersebut disajikan dan dihubungkan satu sama lain untuk membangun narasi yang koheren dan menarik. Plot dalam kebijakan pemeriksaan menggambarkan bagaimana setiap tahapan pemeriksaan diatur dan disajikan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
Plot dalam kebijakan pemeriksaan melibatkan strategi naratif yang digunakan untuk menyusun dan mengomunikasikan hasil pemeriksaan. Misalnya, cara penyajian laporan akhir pemeriksaan dapat dirancang untuk menyoroti temuan-temuan kunci, menunjukkan bukti-bukti yang paling signifikan, dan mengartikulasikan rekomendasi yang jelas dan dapat ditindaklanjuti.
Elemen plot yang penting dalam kebijakan pemeriksaan meliputi:
1. Eksposisi: Menyajikan latar belakang kasus dan konteks yang relevan untuk memberikan pemahaman awal kepada audiens.
2. Konflik: Mengidentifikasi isu-isu utama atau permasalahan yang ditemukan selama pemeriksaan.
3. Klimaks: Menyajikan temuan utama dari pemeriksaan, yang sering kali merupakan momen paling kritis dalam laporan.
4. Penyelesaian: Menyusun rekomendasi atau tindakan yang perlu diambil berdasarkan temuan-temuan tersebut.