Walaupun secara kuantitas ummat Islam Indonesia menjadi mayoritas, namun secara ekonomi dan politik masih minoritas. Apalagi dibidang pendidikan, ummat Islam masih tertinggal dari ummat lainnya di Indonesia.
Kekayaan dan ekonomi Indonesia saat ini hanya dikuasai oleh 10-20 persen kelompok masyarakat yang sebagian besar adalah non-Muslim. Ini yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial antara ummat Islam dengan ummat lainnya. Kesenjangan sosial ini kadang dijadikan isu politik yang berujung menjadi "kekerasan komunal" seperti kasus Ambon tahun 1999-2000.
Jika dikaji akar penyebab terjadinya radikalisme dan terorisme di Indonesia, semuanya bermuara kepada kemiskinan dan pendidikan. Kalau saja semua generasi muda Islam mendapat pendidikan formal yang cukup serta tingkat kesejahteraan ummat Islam memadai, yakin gerakan radikal tidak bisa tumbuh ditengah masyarakat Muslim.
Epilog
Mohammed Arkoun (1999) melihat fundamentalisme Islam sebagai dua tarikan berseberangan. Yakni, problem ideologisasi dan politis. Islam selalu berada di tengahnya. Bahwa fundamentalisme secara serampangan dipahami bagian substansif ajaran Islam. Sementara itu, fenomena politik dan ideologi terabaikan. Memahami Islam merupakan aktivitas kesadaran yang meliputi konteks sejarah, sosial dan politik.
Demikian juga dengan memahami perkembangan fundamentalisme Islam. Tarikan politik dan sosial telah mambangun konstruksi ideologis dalam pikiran manusia. Islam tidak pernah menawarkan kekerasan atau radikalisme. Persoalan radikalisme selama ini hanyalah permainan kekuasaan yang mengental dalam fanatisme akut. Dalam sejarahnya, radikalisme lahir dari persilangan sosial dan politik. Radikalisme Islam Indonesia merupakan realitas tarikan berseberangan itu. (M. Zaki Mubarak, Geneologi Radikalisme Islam Indonesia, Jakarta, LP3ES, 2008)
Gerakan sosial, gerakan pendidikan dan dakwah, publikasi penerbitan dan internet secara tidak langsung memang berkontribusi menumbuhkan kelas terpelajar dengan pemahaman agama Islam yang baru di Indonesia, termasuk ide-ide neofundamenalisme, walaupun diakui banyak juga hal-hal positif karena faktor-faktor tersebut.
Pertanyaanya, jika dikaji melalui “pohon masalah”, apa akar penyebab utama tumbuhnya radikalisme global dan lokal?
Iya, penyumbang ideologi radikal, baik lokal maupun global adalah dominasi dan ketidakadilan terhadap dunia Islam khususnya oleh Amerika serikat ditingkat internasional maupun kaki-tangannya di tataran nasional.
Bentuk imperialisme mengalami metamorfosis sejak berakhirnya perang dunia kedua. Amerika Serikat dan sekutunya mendominasi di seluruh dunia, baik secara ekonomi, politik maupun militer. Secara ekonomi, dominasi itu ditancapkan melalui lembaga-lembaga seperti IMF dan WTO.
Sementara secara politis melalui pemimpin yang bisa dikendalikan dan dipengaruhi seperti yang terjadi di Irak, Libya, Afghanistan dan Palestina, dan secara militer dengan cara pendudukan negara-negara berdaulat di Timur Tengah dan Asia Selatan.