"Eh Risa, ayo kita pulang eh maksudnya antar aku ke toko buku dulu. Ini kamu pakai helm warna putih ya, untuk menjaga keselamatan." Kata Dio sambil memberikan helm putih.
"Terima kasih Dio." Kataku sambil memakai helm.
"Apa kamu tahu mengapa kamu memakai helm warna putih dan aku memakai helm warna merah.? Tanya Dio.
"Entah, memang kenapa?." Tanyaku.
"Karena merah putih itu bagaikan bendera Indonesia yang selalu di hati. Warna merah berarti darah, warna putih berarti tulang. Aku ingin kita seperti darah dan tulang yang selalu menyatu." Kata Dio sambil tertawa.
"Apa sih Dio." Kataku sambil tersipu malu.
Aku menaiki motor Dio, ternyata di depan tempat parkir terlihat Hilman sedang memperhatikan kita berdua. Tak seperti biasanya. Mengapa ia terlihat seperti tidak suka ketika aku dekat dengan Dio. Biarkan saja, memang dalam suatu hubungan kadang ada orang yang suka dan tak suka.
Di atas motor kita membicarakan segala hal. Sudah kenal dan nyaman, jadi apa pun pasti kita ceritakan. Sesampainya di toko buku, ia memegang tanganku. Ia mencari buku yang menginspirasi seperti penulis Tere Liye. Selera bukunya memang sama sepertiku.
Dio hanya mengajakku pergi ke toko buku dan mengantarku pulang. Ketika sampai depan rumah ia memberikan coklat untukku. Katanya untuk membuat moodku bagus. Memang ia jagonya dalam hal membuatku tersenyum sendiri.
***
Waktu begitu cepat berlalu pagi ini aku harus berangkat ke kantor. Dan seperti biasa ketika aku membuka laci meja sudah terdapat sebuah surat.