"Sebentar, kakek belum selesai bercerita." Ucapnya.
"Dulu kakek sangat sombong, angkuh dan sering menindas orang. Kakek tidak pernah menolong orang susah walau harta melimpah. Sifat sombong ini menurun ke anak, cucu. Sifat gemar menghabiskan uang dan gila harta juga menurun kepada mereka. Hingga suatu hari anak kakek masuk penjara karena korupsi. Sampai sudah menghabiskan triliunan untuk mengganti agar anak kakek tidak di penjara. Setelah itu istriku meninggal. Anak-anak meminta pembagian warisan."
"Loh kok sudah meminta warisan bukannya kakek masih ada ?." Kedua kalinya aku memotong pembicaraan.
"Iya karena keluarga besar kakek gila harta. Dengan terpaksa kakek membagikan warisan kemudian mereka sibuk dengan bisnis masing-masing dan meninggalkan kakek sendiri. Untuk makan susah apalagi membeli pakaian. Lihat pakaian kakek sudah sobek." Ucap kakek sambil memperlihatkan pakaiannya.
"Kok bisa seperti itu kek.?" Tanyaku.
"Iya karena ini salah kakek. Kakek tidak mendidik mereka dengan baik. Kakek malah mendidik mereka dengan harta, kekayaan dan jabatan, sehingga membuat mereka sombong dan lupa siapa sebenarnya pemilik kekayaan tersebut." Ucap kakek.
"Maksudnya?." Tanyaku tidak mengerti.
"Maksudnya harta, kekayaan dan jabatan itu milik Tuhan. Tuhan hanya menitipkan kepada kita, jadi untuk apa sombong. Semua hanya bersifat sementara. Tuhan bisa kapan saja mengambil itu semua. Jadi lebih baik jika kita mempunyai harta melimpah, bantu juga orang-orang yang kesusahan. Buktinya kakek dulu banyak harta, kekayaan. Dan lihat sekarang? Kakek tidak punya apa-apa. Sekarang kakek hanya bisa menyusahkan banyak orang. Semoga kamu bisa mengambil pelajaran dari hal ini." Ucapnya sambil tersenyum.
Terdengar suara ketukan pintu. Kevin tiba-tiba masuk.
"Nury kamu sudah membayar semuanya?." Tanya Kevin kaget.
"Iya Kevin, tidak apa-apa aku ingin menolong kakekmu. Biaya operasi besok akan aku tanggung juga" Ucapku sambil tersenyum.