Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Mirna: Apa yang Ditutupi Olivier Cafe?

27 Juli 2016   22:23 Diperbarui: 27 Juli 2016   22:34 6507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jessica Kumala Wongso (Dok: Liputan6.com)

Sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso kembali digelar hari ini di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam persidangan kali ini, Jaksa Penuntut Umum menghadirkan karyawan Olivier Cafe untuk diperiksa oleh Majelis Hakim. Saksi yang dihadirkan hari ini adalah Jukiah, Rangga, Yohanes, Marlon dan Agus (Karyawan Olivier Cafe), Hani (Teman Mirna & Jessica) dan Devi (Manajer Olivier Cafe).

Keterangan Jukiah:

Jukiah dalam kesaksiannya menyebutkan bahwa ia tidak pernah melihat seperti itu (Bayar sebelum pesanan diantar ke meja), enggak pernah. Kalaupun ada, biasanya yang akan membayar menaruh card sebagai jaminan. Jukiah juga mengaku baru 1 tahun bekerja di Olivier Cafe. Dan ia mendapat bagian shift kedua yakni mulai pukul: 12:00-20:00 Wib.

Analisa: Kesaksian Jukiah harusnya dengan gampangnya dipatahkan  Otto Hasibuan Cs, tetapi  ini kembali dibiarkan.  Karena dalam kesaksiannya Jukiah menyatakan ia tidak pernah melihat ada yang membayar lebih dulu sebelum pesanan di antar ke meja.  

Jukiah juga menyebut bahwa ia baru 1 tahun jadi kasir di Olivier Cafe dan bertugas di shift kedua yakni mulai pukul 12:00-20:00 Wib. Ia juga menyebut bahwa ada kasir lain selain dia yakni Irna yang masuk pada shift pagi yakni pukul:09:00-18:00 Wib.

Pertanyaan yang harusnya ditanyakan oleh Otto Hasibuan Cs;; Apakah ada keharusan membayar harga pesanan setelah pesanan yang dipesan tersebut selesai diantar? Pertanyaan selanjutnya; Apakah tidak boleh kalau Jessica membayar lebih dahulu sebelum pesanan diantar? Tetapi mengapa pertanyaan ini tidak ditanyakan?Inilah yang sangat disayangkan!

Kemudian, Saksi Jukiah menyebut bahwa ia tidak pernah melihat ada pelanggan yang membayar lebih dulu sebelum pesanan diantar. Pertanyaannya adalah Jukiah baru 1 tahun bekerja sebagai kasir di Olivier Cafe, lalu darimana Jukiah bisa memastikan bahwa  tidak pernah melihat pelanggan yang pernah membayar duluan sebelum pesanan yang dipesan diantar ke meja?, toh Jukiah mendapat shift kedua pukul: 12:00-20:00 Wib. Dan pada shift pagi ada Irna yang jadi kasir.

Lalu, Jukiah bisa tahu darimana persoalan tidak biasanya membayar sebelum diantar kalau dia saja mendapat bagian shift  kedua dan yang menjadi kasir bukan dia seorang tetapi ada Irna yang mendapat shift pagi, darimana dia tahu soal itu?

Soalnya Jukiah ini baru bekerja selama 1 tahun, dan sebelum Jukiah jadi kasir di Olivier Cafe,  ada orang lain yang bekerja sebagai  kasir. Sehingga Jukiah tidak boleh mengambil kesimpulan bahwa seolah-olah ingin membenarkan kesaksiannya tersebut. Bagian inilah yang harusnya dikejar dan dicecar oleh Otto Hasibuan Cs, tetapi ini tidak dilakukan.

Selain itu terkait dengan kesaksian Jukiah , yang ingin saya garis bawahi  adalah kata ‘’kalaupun’’. Nah disini Jukiah secara terang-terangan telah berandai-andai karena kata ‘’kalaupun’’ disini adalah meruujuk pada sesuatu yang tidak jelas. Jukiah tidak boleh memberikan kesaksian yang sifatnya tidak jelas dan mengaburkan sesuatu.

Termasuk pula kata ‘’biasanya’’ yang dipilih oleh Jukiah ini sesungguhnya sangat bertolak belakang dengan setiap pelanggan di Olivier Cafe. Toh setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda, sehingga Jessica yang membayar duluan tidak ada korelasinya sama sekali dengan terbunuhnya Mirna. Sehingga tidak ada salahnya kalau Jessica membayar lebih dulu karena membayar lebih dulu ataupun belakangan adalah sesuatu yang biasa dan bukan sesuatu yang aneh.

Namun yang membuat  kita miris adalah  Otto Hasibuan Cs satu suara dengan Jukiah yang mana Tim Kuasa Hukum menganggap titip card adalah hal yang biasa.

Yang jadi pertanyaan besarnya adalah mengapa Otto Hasibuan Cs tidak mencoba menggali lebih jauh mengapa atau apa alasan Jessica membayar lebih dulu sehingga harus dipermasahkan hingga kini? Apakah keputusan Jessica membayar lebih dulu adalah tidak sesuai dengan kebijakan kafe? Inilah yang harusnya dikejar oleh Otto Hasibuan Cs, tetapi ini tidak dilakukan.

Kesaksian Jukiah:

Dia (Jessica) membayar ada 3 minuman, Vietnamesse Ice Coffe dan dua coctail. Jam pembayarannya sekitar pukul: 16:00 Wib. Pada saat selesai pembillingan sekitar pukul setengah lima (16:30 Wib saya sudah istirahat, saya tidak lihat Mirna kejang-kejang). Setelah waktu istirahat saya selesai pukul: 17:30 Wib. Saya hanya mendengar ada pelanggan yang pingsan. Setelah saya istirahat, saya dengar ada teman bilang, yang abis minum kopi ada yang pingsan. Saya enggak nanya-nanya.

Analisa: Dari kesaksian Jukiah ini sebenarnya masih bisa dikejar alasannya  oleh Otto Hasibuan Cs terkait ; Apa penyebab utama sehingga Jukiah tidak mau melihat siapa yang pingsan sebagaimana yang dimaksud oleh temannya tersebut?

Jika Jukiah diberi tahu ada yang pingsan, pertanyaannya adalah ; Inikan terjadi di tempat kerjanya (Olivier Cafe) mengapa Jukiah tidak bertanya-tanya tentang siapa yang pingsan? apalagi pingsan karena minum kopi buatan Olivier Cafe.

Mengapa Jukiah tidak berusaha mencari tahu mengapa bisa pingsan, apa Jukiah tidak penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya di tempat kerjanya tersebut? Mengapa Jukiah seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di tempat kerjanya (Olivier Cafe) ? Padahal ia sudah tahu bahwa ada yang pingsan karena minum kopi seperti yang didengarnya dari temannya.

Kesaksian Jukiah:

Selain itu dalam kesaksiannya , Jukiah juga tidak melihat garis police line dan juga tidak melihat ada polisi yang datang sampai pukul:20:00 Wib. Jukiah juga mengaku ia tetap di kasir hingga pukul:20:00 Wib.

Analisa: Ini adalah point-point penting yang bisa dikejar oleh Otto Hasibuan Cs tetapi tidak dilakukan. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diarahkan kepada Jukiah.

Pertama. Jukiah berada di kasir kafe hingga pukul: 20:00 Wib, itu artinya Jukiah bekerja dari sore sesuai dengan shiftnya dan jika sesuai dengan shiftnya ,beserta mendengar dari temannya  bahwa ada yang pingsan, itu artinya Jukiah mengetahui ada terjadi sesuatu di Olivier Cafe, dalam hal ini ada yang pingsan gara-gara minum kopi.

Maka pertanyaan besarnya adalah mengapa Jukiah tidak melaporkan apa yang terjadi tersebut kepada  polisi atau menghubungi kantor polisi terdekat untuk melaporkan apa yang terjadi di kafe tersebut? Ini mengapa tidak dilakukan? Mengapa harus menunggu Mirna sampai kolaps dulu?

Keterangan Agus:

Sisa air panas tak sampai 1 gelas dan itu ditaruh di dekat bar. Nah keterangan ini berbeda dengan keterangan Rangga. Padahal dalam kesaksian Rangga sebelumnya; Rangga menyebut bahwa sisa air panas dalam teko masih bisa dituangkan dua pesanan lainnya. Disebutkannya juga bahwa air panas untuk Vietnamesse Ice Coffe dimasukan dalam teko sesuai dengan jumlah pesanan dari Vietnamesse Ice Coffe.

Analisa: Harusnya ini juga jadi senjata paling ampuh bagi Otto Hasibuan Cs  untuk mengajukan beberapa pertanyaan, mengingat ini jelas-jelas sudah terjadi perbedaan keterangan antara keterangan Agus (Dalam persidangan hari ini) dengan keterangan Rangga pada (21 Juli 2016).

Beberapa pertanyaan yang bisa menohok keduanya antara lain: Pertama. Saksi Agus mengatakan bahwa sisa air panas dalam teko hanya tersisa tak sampai satu gelas, namun pada persidangan sebelumnya saksi Rangga mengatakan bahwa yang tersisa dalam teko , air panas itu masih bisa untuk dua pesanan lainnya (dua gelas).

Sehingga pertanyaan keduanya. Dengan melihat banyak keganjilan antara dua saksi ini, mengapa Otto Hasibuan Cs tidak meminta kepada Yang Mulia Majelis Hakim agar mengkronfontir antara Agus dan Rangga? Ini kenapa tidak dilakukan? Padahal keduanya dihadirkan di persidangan hari ini.

Karena jika ini dilakukan maka akan ketahuan siapa yang berbohong antara Agus dan Rangga dan keduanya akan terus dikejar dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa membuat soal air panas dalam teko dan jika itu dilakukan maka ini bisa menjadi terang benderang.

Kesaksian Agus:

Kemudian tadi dalam kesaksiannya, Agus menyebut bahwa teko itu ia taruh di depan kasir setelah di isi ke meja nomor 54. Namun Rangga dalam kesaksian pada sidang sebelumnya (21 Juli 2016), Rangga menyebutkan bahwa teko itu ia ambil  di pantry dalam keadaan kosong.

Analisa: Nah dalam kesaksiannya tadi, Agus menyebut bahwa teko itu ia taruh di depan kasir, namun pada persidangan sebelumnya (21 Juli 2016), Rangga menyebut , teko itu ia ambil dari pentry.

Maka pertanyaan besarnya adalah apakah teko yang dimaksud oleh Agus dan Rangga ini adalah teko yang berbeda-beda, sehingga ada 2 teko, mengingat isinya berbeda-beda?

Mengingat bagaimana bisa kalau teko yang ditaruh di kasir sisanya tak sampai 1 gelas sedangkan yang di pentry tersisa untuk dua pesanan (dua gelas) ? Kenapa sisa air panas dalam teko yang dituangkan untuk meja nomor 54 bisa berkurang sebanyak itu? Ini juga pertanyaan yang harusnya dikejar oleh Otto Hasibuan Cs, tetapi ini tidak dilakukan.

Kesaksian Marlon:

Dalam kesaksiannya tadi, Marlon kepada Rosi mengatakan bahwa ia melihat kopi berubah warnanya sekitar 1 menit sebelum kejadian.

Dalam CCTV: Terlebih lagi dalam persidangan tadi terungkap pula bahwa kopi itu sempat didiamkan agak lama, sekitar dua menit sampai Agus mengambil gelasnya.

Kemudian dalam tayangan CCTV  terungkap ada 1 orang yang mengangkat gelas berisi bubuk kopi dan bahan lainnya, seseorang itu bernama Devi. Novi mengangkat gelas berisi es kopi Vietnam pesanan Jessica, lalu kemudian datanglah Agus yang membawa baki berisi teko berisi air panas.

Dari Novi, gelas berisi kopi Vietnam diserahkan pada Agus, lalu diantar ke meja nomor 54 (meja Jessica), setelah memesan minuman di bar, Jessica ke kasir lalu membayar. Ketika Jessica sedang membayar dengan uang tunai, gelas berisi bahan untuk es kopi Vietnam diantar oleh barista Rangga yang ditaruhnya di depan kasir.

Analisa: Melihat dua kesaksian di atas. Nah jadi timbul pertanyaan ; apa yang membuat kopi itu mendadak berubah warna? Apakah ada sesuatu yang dimasukan, mengingat Novi yang juga pelayan kafe sempat mengangkat gelas kopi Vietnam sebelum pada akhirnya Agus yang membawa teko berisi air panas untuk dituangkan ke dalam gelas berisi kopi tersebut. Hingga terungkap pula bahwa gelas berisi kopi itu sempat didiamkan sekitar dua menit hingga diambil Agus yang membawa teko berisi air panas.

Mengingat sangat tidak masuk di akal bagi Jessica memasukan sesuatu karena Jessica duduk di meja nomor 54 bukan karena keinginannya ataupun sesuai pesanannya, tetapi Jessica hanya diarahkan Cindy(Resepsionis) ke meja nomor 54 mengingat pesanan Jessica berupa meja di area no smoking yang tersisa hanya meja nomor 54.

Dan ini sesuai dengan keterangan Cindy pada persidangan 20 Juli 2016 lalu;Posisi meja nomor 54 ada di tengah dari meja nomor 53 dan 55. Cindy menyebut awalnya Jessica diajak menuju meja nomor 55, tapi sudah ada orangnya. Begitupun dengan meja nomor 55. Sehingga menurut Cindy, ia langsung mengantar Jessica ke meja nomor 54. Dan meja nomor 54 ada di tengah/di sebelah meja nomor 53 dan 55.

Kesaksian Devi:

Saya suruh Sari bawa gelas Vietnamesse Ice Coffe ke bar untuk mengujinya ke laboratorium untuk memastikan ada kandungan apa di dalam kopi itu. Sebagian kopi itu dimasukan ke dalam botol oleh Yohanes, lalu sisanya ada di dalam gelas dan dibungkus.

Analisa: Nah harusnya Otto Hasibuan Cs mengejar apa alasan Devi menyuruh Sari membawa gelas Vietnamesse Ice Coffe yang merupakan barang bukti dari kematian Wayan Mirna Salihin dari meja nomor 54? Mengapa gelas Vietnamesse Ice Coffe ini harus dibawa ke bar? Mengapa harus dipindahkan ke dalam botol? Mengapa tidak dibiarkan di dalam gelas itu? Mengapa sangat terburu-buru, tergesa-gesa sehingga harus dipindahkan ke dalam botol? Mengapa pula harus langsung diuji di laboratorium milik Olivier Cafe? Mengapa tidak menunggu sampai polisi datang?

Kesaksian Devi:

Devi menjelaskan setelah mengevakuasi Mirna, membawa gelas berisi sisa Vietnamesse Ice Coffe ke bar. Di sana saya sempat mencicipi minuman itu sedikit dari sedotan lalu diteteskan ke lidah. Dan rasanya agak pedas, kaya kasar di lidah. Pahit banget saya langsung mual. Begitu mencicipi langsung mual. Mula-mula di toilet sampai sekitar 10-15 menit. Enggak enak pokoknya, enggak enak banget.

Analisa: Nah kesaksian Devi yang ini juga sangat mudah untuk dipatahkan oleh Otto Hasibuan Cs tetapi mengapa ini dibiarkan? Harusnya pertanyaan seputar mencicipi sisa kopi Mirna kembali diungkit-ungkit mengingat yang mencicipi sisa kopi Mirna bukan hanya Devi tetapi juga Hani dan beberapa pelayan kafe , tetapi tidak mati.

Nah dalam keterangannya Devi menyebut bahwa rasanya tidak enak, itu artinya Devi merasakan betul rasa dari sisa Vietnamesse Ice Coffe tersebut. Kalau bisa merasakan, bagaimana mungkin sisa cairan yang sudah masuk ke dalam mulut tidak tertelan, emngingat ini cair. Sehingga pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dia bisa merasakan rasanya tidak enak dan bisa mual, tetapi hanya mula-mual biasa?

Keterangan Devi:

Ada celetukan dari Jessica, ‘’ini kopinya kalian campur apa’’. Kemudian hakim bertanya bagaimana ekspresi Jessica saat melontarkan kalimat itu. Devi menyebut, ekspresi Jessica tak terlalu marah namun agak ketus. Ketika ditanya tersinggung apa tidak, Devi menjawab tersinggung.

Analisa: Pertanyaannya simple; Jessica hanya bertanya , lalu kemudian mengapa harus tersinggung? Jika tidak memasukan sesuatu, maka tidak perlu tersinggung. Sehingga apa salahnya kalau Jessica hanya bertanya. Inilah point yang harus dikejar Otto Hasibuan Cs.

Keterangan Devi:

Jessica diam saja dan tidak melakukan apa-apa, makanya saya bingung  juga harusnya dia yang sibuk, ini kita yang jadi sibuk.

Saat mau coba memberikan pertolongan agak sulit, mau tolong korban posisinya Jessica di sebelahnya. Tapi tak dikasih kesempatan.

Analisa: Ini adalah kesempatan emas bagi Otto Hasibuan Cs untuk membuka tabir mengenai Jessica pada saat kejadian, tetapi sayangnya ini tidak dilakukan. Beberapa pertanyaan yang bisa membuat Devi dan juga Jaksa  menjadi kelabakan;

Pertama. Dalam kamera CCTV terlihat jelas banyak yang tidak terlalu bereaksi, mengapa hanya Jessica yang menjadi tertuduh?

Kedua. Posisi meja nomor 54 ada di dekat meja nomor 53 dan 55, dan meja nomor 54 adalah arahan Cindy karena hanya tertinggal satu meja di area no smoking , lalu dituduh meracun Mirna di emja yang tak ia pahami kondisinya, bukan pilihannya, lalu dimana logikanya kalau menuduh Jessica menuangkan sesuatu?

Ketiga. Hani sebelumnya mengatakan bahwa Jessica berusaha mengambil air putih untuk Mirna. Sehingga dimana diamnya Jessica? Jessica tidak berdiam diri tetapi berusaha menolong dengan mengambil air. Jadi harusnya Otto Hasibuan menohok Devi yang menyebut Jessica sengaja menghalang-halanginya sehingga agak sulit untuk menolongnya?

Kemudian jika dihubungkan ke Jessica yang diam dan tidak melakukan apa-apa seperti yang dikatakan Devi, mengapa Otto Hasibuan Cs tidak meminta Jaksa agar menujukan mana bukti berupa kamera CCTV yang memperlihatkan Jessica menghalang-halangi kalau Jessica hanya diam dan tidak melakukan apa-apa? Inilah yang harusnya dikejar Otto Hasibuan, sayangnya ini kembali terabaikan. Harusnya Otto meminta agar bukti kesaksian Devi dibuka dalam persidangan tadi!

Kesaksian Devi:

Saya suruh masukan ke dalam botol. Botolnya gak berubah. Memang yang ini. Saya suruh Yohanes yang menuangkannya ke dalam botol.

Kesaksian Yohanes:

Saya disuruh menuangkan ke botol dari gelas. Dituangkan ke dalam botol yang besar.

Analisa: Dalam kesaksiannya, Devi secara terang-terangan mengatakan ia yang menyuruh Yohanes memindahkan sisa Vietnamesse Ice Coffe dari gelas ke dalam botol. Harusnya ini langsung ditanyakan oleh Otto Hasibuan Cs,tetapi tidak. Pertanyaan pertama.  mengapa Devi menyuruh Yohanes memindahkannya ke dalam botol?

Sudah tahu ada yang kejang-kejang dan pingsan karena kopi buatan Olivier Cafe, tetapi mengapa Devi dengan mudahnya mengambil gelas itu dari meja nomor 54 , lalu menyuruh Yohanes memindahkannya ke dalam botol, ini maksudnya apa, kok gampang sekali menyentuh-nyentuh barang bukti, maksudnya apa ini?

Kemudian Yohanes pun harusnya ditanyai mengapa dengan gampangnya mengikuti perintah Devi yang menyuruhnya memindahkan sisa kopi itu ke dalam botol? Padahal Yohanes tahu ini kopi yang membuat Mirna kejang-kejang, sebegitu beranikah Yohanes merusak barang bukti? Apa yang membuat Yohanes begitu berani memindahkan barang bukti hasil kejahatan? Inilah pertanyaan yang harusnya dikejar Otto HasibuanCs.

Selain itu kalau di ingat lagi pada saat penyerahan tersangka dan barang bukti saat itu yang diserahkan 1 botol sisa Vietnamesse Ice Coffe dan 1 gelas berisi sisa Vietnamesse Ice Coffe. Sedangkan olah TKP baru dilakukan pada 11 Januari 2016. Maka pertanyaannya adalah yang dijadikan barang bukti dalam botol itu diambil dari sisa kopi yang mana? 

Terlebih lagi diketahui bahwa gelas yang dipakai untuk kopi Mirna sudah dicuci, maka pertanyaan selanjutnya adalah gelas yang dihadirkan di persidangan tadi adalah gelas yang mana soalnya gelas yang kembali diperlihatkan Jaksa tadi, ada sisa sedikit sekali sisa kopi. Maka pertanyaan selanjutnya kemana sisa kopi Mirna? karena Mirna hanya sedikit menyeruput kopi, itu artinya sisa kopi masih banyak atau dengan kata lain gelas masih penuh bukan justru sebaliknya, dan ini harusnya langsung ditolak bukan justru bertele-tele.

Keterangan Hani:

Mirna yang mau duduk di dalam (tengah).

Analisa: Sehingga tidak benar kalau selama ini seperti yang beredar bahwa Jessica seolah-olah sudah mengatur tempat duduk dan minuman, karena Hani yang mendengar sendiri kalau Mirna memang ingin duduk di dalam (tengah) dan bukan Jessica yang mengatur posisi duduknya (Mirna).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun