Tanpa basa-basi, empat ekor harimau itu lantas berlarian menuju tengah hutan. Mereka menuntun Ki Gedhe Noyontoko, juga memilihkan tempat yang aman bagi prajurit Mataram untuk tempat tinggal. Di atas kudanya, Ki Gedhe Noyontoko mengikuti mereka.
Sesampai di tengah hutan empat harimau itu berhenti. Di tempat itulah Ki Gedhe Noyontoko kemudian mendirikan padepokan. Sementara, para prajurit membangun gubuk-gubuk kecil. Juga mendirikan lumbung.
Selang beberapa lama, padepokan Ki Gedhe Noyontoko berkembang. Orang-orang desa di sekitar hutan banyak berdatangan dan menimba ilmu di sana. Mereka turut pula ikut membangun kawasan hutan itu menjadi perkampungan kecil. Meski demikian, harimau-harimau penjaga hutan itu pun tak berani mengganggu warga. Malah ikut menjaga kampung itu.
Sepeninggalan Ki Gedhe Noyontoko, atas perintah Ki Gedhe Noyontoko, harimau-harimau itu pun bergeser ke hutan yang masih rimbun. Apalagi keadaan kampung itu sudah sangat maju dan berkembang pesat. Atas jasanya pula, nama Ki Gedhe Noyontoko diabadikan sebagai nama desa itu. Desa Noyontakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H