Meski begitu, tak satu pun serangan harimau itu mengenai tubuh Ki Gedhe Noyontoko. Dengan mudah, ia menangkis serangan-serangan itu, hingga diakhiri dengan satu pukulan pamungkas Ki Gedhe Noyontoko. Tubuh harimau itu terpelanting, mundur beberapa langkah, dan tak kuasa lagi berdiri.
Hening beberapa saat kemudian. Ki Gedhe Noyontoko lantas mendekati tubuh harimau yang lemah itu. Disentuhnya tubuh harimau itu. Dengan tenaga dalamnya, Ki Gedhe Noyontoko menyalurkan energi untuk memulihkan tubuh lawannya itu.
"Wahai penunggu alas Banjarwaja yang baik hati, maafkan jika aku melukaimu. Tetapi, sama sekali aku tak punya maksud demikian. Dan perlu kau tahu, wahai raja rimba, saat ini kami sedang memanggul tugas dari sang Sultan Mataram untuk mengamankan wilayah Mataram, juga wilayah kekuasaanmu, dari tangan-tangan jahil. Maka, kuminta padamu bantulah kami," ucap Ki Gedhe Noyontoko kepada harimau penunggu hutan Banjarwaja.
Harimau itu mengangguk. Lalu, bangkit dan menunduk.
"Baiklah. Kalau begitu, aku minta padamu antarkan kami sampai di tepi hutan," pinta Ki Gedhe Noyontoko.
Harimau itu menuruti perintah Ki Gedhe Noyontoko. Ia mengawal perjalanan Ki Gedhe Noyontoko selama di hutan, ikut mengamankan prajurit Mataram dari ancaman serangan satwa liar lainnya.
Jelang di tepi hutan, Ki Gedhe Noyontoko berpamitan pada sang raja hutan. "Wahai raja rimba, perjalanan kami masih jauh. Kau tak perlu mengantar kami sampai ke Batavia. Kau jaga saja hutan ini," kata Kiai Gedhe Noyontoko.
"Aum...!" jawab sang raja hutan.
"Terima kasih, wahai raja hutan. Kau sungguh raja hutan yang bijaksana. Sekarang, pergilah. Temui teman-temanmu dan sampaikan salamku untuk mereka. Sampaikan juga salam Sultan Mataram untuk teman-temanmu," perintah Ki Gedhe Noyontoko.
Harimau itu menurut. Ia segera menjauh dari pasukan Mataram, kembali ke hutan.
Ki Gedhe Noyontoko melanjutkan perjalanan. Hingga sampailah mereka di sebuah kampung kecil yang tak jauh dari sungai. Ki Gedhe Noyontoko memutuskan beristirahat di sana. Para prajurit mendirikan gubuk-gubuk kecil sebagai tempat berteduh. Sebagian lainnya, mencari apa saja di kebun-kebun tak bertuan untuk dijadikan bahan makanan.