Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Entrepreneurship ala Emak Saya

14 September 2021   04:30 Diperbarui: 15 September 2021   19:18 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu berjualan di pasar | Sumber: KOMPAS.COM/FARIDA 

Bahkan, kadang memberi kesempatan ibu untuk membawa barang dagangannya terlebih dulu. 

Bayarnya belakangan. Biasanya pembayaran dilakukan setelah barang itu benar-benar habis, atau tersisa sedikit. 

Kendati kelonggaran itu ada, rupa-rupanya ibu tak mau sembarangan. Tidak setiap tawaran itu ia terima begitu saja. Selalu ada pertimbangan-pertimbangan lain. Ibu harus mempertimbangkan apakah barang itu laku atau kurang laku.

Tahun demi tahun, musim demi musim dilewati. Dagangan ibu semakin banyak. Tetapi, gerobak itu tak pernah berubah. Hanya catnya yang mengelupas ditempa panas dan hujan. 

Ah, kalau mengingat kala hujan, aku jadi ngenes. Beberapa kali hujan lebat mendera. Malam juga belum larut. Tetapi, keadaan benar-benar nglangut, sepi.

Ibu masih setia menunggui gerobaknya. Barang-barang dagangannya terpaksa ditutup plastik seadanya. Sementara aku tertidur di kolong meja beralas papan kayu dilapisi kardus yang terlipat. 

Ibu masih setia menunggu pembeli. Kalaupun hujan teramat lebat, terpaksa gerobak itu ditutupnya. Sekalipun ibu tak beranjak dari gerobaknya. 

ilustrasi gambar. (sumber foto: ekonomi.bisnis.com)
ilustrasi gambar. (sumber foto: ekonomi.bisnis.com)

Dalam masa penantian itu, ibu selalu berdoa agar hujan lekas reda, sehingga ibu bisa membuka gerobaknya lagi. Berjualan lagi sampai jam yang sudah ditentukan. 

Ya, biasanya ibu akan menutup gerobaknya dan menggembok pintunya pukul 23.00. Kalau tak ada hujan, aku biasanya tertidur di atas kursi panjang yang diletakkan di belakang gerobak. Entah, sekarang kursi itu dimana. Kadang pula aku tertidur dalam gerobak. Lalu, ibu menggendongku, mengantarkanku ke kamar.

Pernah suatu ketika, pagi-pagi, ibu mendapati gembok itu dijebol. Pintu gerobak itu didongkel. Tampak barang-barang berantakan. Laci meja juga dijebol. Sejumlah uang raib. Aku ingat, waktu itu ibu sedih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun