Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Entrepreneurship ala Emak Saya

14 September 2021   04:30 Diperbarui: 15 September 2021   19:18 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu berjualan di pasar | Sumber: KOMPAS.COM/FARIDA 

Tiap pagi tiba ibu mulai menata barang-barang dagangannya. Mulai dari jajan pasar, jajan ringan, rokok, obat nyamuk bakar, lilin, dan barang-barang lainnya sekalipun yang disediakan tak cukup banyak. 

Maklum modal tak cukup dibelanjakan untuk barang yang lebih banyak. Apalagi sebelumnya Ibu hanya seorang buruh batik dengan upah yang pas-pasan, malah bisa dikatakan tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kadang terpaksa utang sana-sini. Tambal sulam istilahnya. Belum lagi, beliau berjuang sendirian.

Meski begitu, keterbatasan yang dialami ibu tak menyurutkan langkah beliau untuk terus berusaha. 

Memulai dunia barunya, ibu berusaha agar tak kehabisan akal. Kalau ada barang dagangan yang habis dan kebetulan ada yang hendak membelinya, beliau selalu tawarkan barang lainnya yang tak jauh beda fungsinya. Misal, obat nyamuk bakar. 

Orang selalu punya rasa fanatik pada merk tertentu, tetapi dengan lihai ibu membujuk agar orang itu mau membeli barang yang sama dengan merk yang lain. 

Tentu, penjelasan ibu tak akan membuat calon pembeli puas. Tetapi dengan enteng ibu selalu mengatakan, "Barang yang sampeyan cari habis. Tapi, kalau untuk sementara pakai yang ini dulu tak apa to? Besok yang sampeyan cari akan saya usahakan tersedia lagi."

Sebenarnya cara itu dilakukan ibu hanya untuk menutupi keterbatasan modal yang ibu punya. 

Setidaknya, kalau ada uang masuk itu artinya ada kesempatan untuk membelanjakannya esok pagi. Tetapi, bagaimana jika uang yang masuk ternyata tidak mencukupi atau tidak ada? Ibu tak kecil hati. Ibu beranikan diri untuk 'ngebon' pada toko langganan ibu di pasar. 

Konsekuensinya, ibu harus bisa melunasi esok harinya. Ya, tak boleh lama-lama. Harus esok hari. Lalu, bagaimana jika esoknya tak ada uang untuk melunasi? Ibu pun tak malu untuk mendatangi toko langganan ibu dan mengatakan keadaan yang sebenarnya. 

Lalu, ibu meminta izin untuk diberi tempo satu hari lagi. Kalaupun misal uang yang ada di tangan ternyata hanya cukup untuk melunasi utang, ibu pun tak keberatan jika saat itu tidak belanja barang-barang dagangan. Tentu, itu dilakukan untuk menjaga kepercayaan.

Lambat laun kepercayaan itu semakin besar. Para pemilik toko langganan ibu kerap kali tak keberatan memberi utangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun