“Aku bawa. Sudah aku siapkan.”
Iman memperlihatkan buku iqro di tangannya.
“Kita mulai dari awal saja, biar lebih mudah.”
“Aku mau capek. Aku mau pulang. Istirahat.”
“Sebentar saja Andini. Disini saja!”
Entah mengapa, tatapan mata Iman yang bersikukuh, membuat Andini pun akhirnya menyerah. Tiba-tiba tidak ada alasan yang bisa diajukannya untuk menghindar pergi. Tangannya meraih buku iqro dari tangan Iman dan kemudian duduk. Perlahan buku itu dibukanya lembar demi lembar.
Duduk berhadapan. Andini pun mulai belajar mengaji satu persatu dari huruf Alif, Ba, Ta, dan Tsa.
“Nggak perlu malu. Kamu bisa. Setiap orang bisa belajar mengaji kapan pun. Pada usia berapa pun.” Kata Iman.
Andini hanya mengangguk.
***
FOTO masa kuliah berada di tangan Iman. Sejumlah mahasiswa baru ada di gambar itu. Di depannya, ada beberapa kakak angkatan yang lebih senior, sebagai panitia. Salah satunya Iman.