Tiba di Kota Madinah, hotel kami dekat saja. Sekitar 15 menit aku sudah sampai di hotel, dikarenakan aku mengambil paket yang hemat, sudah tentulah sekamar diisi dengan empat orang. Beruntungnya hanya beberapa langkah dari depan hotel, Masjid Nabawi sudah terpajang di depan mata. Kami masuk melalui pintu romantik yakni 338.
Setiap waktu salat, seluruh toko menghentikan aktivitasnya. Mereka tutup saja sekedarnya, barang dagangan masih tergelar dan takada yang peduli juga. Adanya hukum yang ketat membuat masyarakat merasa aman. Gak main-main loh, ketika mencuri maka akan dikenakan hukum potong tangan.
Ketika berada di Masjid Nabawi betapa bahagianya aku bisa kembali beribadah di tempat ini. Tahukah hal yang paling kunantikan adalah bisa beribadah di Raudah. Info yang kudapatkan, kata beberapa orang ketika ibadah di Raudah cukup crowded. Ada doa yang kupanjatkan, “Ya Allah ku hanya ingin beribadah di Raudah.”
Rabu, 24 April 2024
Rencana hari ini adalah ke Raudah. Ketika saya mengantri memasuki Raudah, bukan untuk pertama kalinya. Umrahku yang pertama (2019) bisa memasuki Raudah sampai 5 kali. Perasaanku sedih dan bahagia, saat antrian tiba-tiba nafasku sesak dan dadaku sakit. Dalam hati kuberucap, “Ya Rasulullah aku datang.”
Dan Alhamdulillah ketika di Raudah, langsung saja kubentangkan sajadah. Allah memberikanku nikmat lebih yakni tidak perlu berdesak-desakan dan dapat lebih lama ibadah. Dimulai salat sunah Raudah, air mata ini tak berhenti menetes, hingga selesai salat hajat. Keluar dari Raudah, kupandangi dan ku tatap kubah hijaunya, “Ya Rasul, semoga kubisa kembali lagi. Aamiin”.
Ya Allah semoga Engkau kuatkan hamba dari ujian-ujian dan pedih yang Allah timpakan ke pundakku, tidak lain untuk membersihkan hati ini dan mengampuni dosa-dosaku. Dan aku memperbanyak bersalawat kepadanya karena aku percaya aku akan berjumpa dengan sosok yang paling mulia di muka bumi ini dan inilah yang Allah maksud berita gembira sebenarnya.
Aku tau, ujian dari Allah tak seberapa, tetapi hadiahnya lebih berharga dari langit dan bumi yaitu engkau Ya Rasulullah.”
Menutup malam hari, atas ajakan Rindy dan Bu Thati. Kami bertiga jalan kaki ke Mesjid Quba. Menyusuri areal jalan yang dipenuhi toko yang menjual snacks dan pakaian. Hingga menjelang dini hari, kami bertiga kelaparan dan melahap bakso. Asli bagiku ini bakso termahal (25 SAR) yang pernah kucicipi. Rasanya biasa aja sih.