Sejak kepindahan ke Makassar tahun lalu (2023), saat itu dalam interview aku langsung bertanya ke manajer HR.
“Pak, misalnya aku mau umrah, apa kudapat ijin?”
“Kapan mau umrah?”
“Belum tau ini Pak, masih ngumpulin duitnya. “
Panggilan dari yang Sang Maha untuk pergi ke tanah suci memang misterius. Ada orang yang memiliki dan mempunyai rezeki cukup, badan sehat, tetapi tidak memiliki waktu yang luang. Nah, ada yang memiliki badan yang sehat, waktu yang luang, tetapi rezekinya belum mencukupi. Bahkan, ada juga yang rezekinya sudah mencukupi dan memiliki waktu luang, tetapi kondisi badan belum memungkinkan. Nah ada lagi, rezeki cukup, badan sehat, waktu luang ada tetapi belum “terpanggil”.
“Yakinlah bahwa Allah SWT tidak memanggil orang-orang yang mampu, tetapi Allah SWT memampukan orang-orang yang terpanggil.”
Aku percaya kalimat itu dan sekaligus terbukti pada diri sendiri. Untuk bisa menjadi yang “Terpanggil”, sebelumnya diteguhkan pada niat. Nah niat yuk. Aku pun selalu nitip doa ke teman-teman, dan juga berdoa sendiri biar bisa kembali ke tempat ini dan Alhamdulillah Allah SWT mudahkan.
Memasuki Januari 2024, ponselku bermasalah. Saat itu aku balik ke camp dan menegakkan salat dhuha. Pintaku ke Sang Maha, “Ya Allah ku gak ada duit untuk beli HP baru, kumau umrah.”
Alhamdulillah, atas bantuan ibu Lina ponselku kembali bisa terpakai dan tanpa tedeng-tedeng, langsung mendaftar umrah.
Bismillah, hanya modal nekat, aku langsung daftar untuk perjalanan suci tersebut. Dari mulai menabung, aku menanamkan tekad dalam diri ini gak boleh jajan hal-hal yang gak penting. Intinya membeli sesuatu, hanya karena memang butuh, bukan sebab hasrat saja. Sampai memasuki bulan keberangkatan, jumlah duit ternyata belum cukup juga.