Sampai di Thaif, mengunjungi museum, membeli buah-buahan yang segar dan menjajajal kereta gantung. Kemudian menyambangi rumah parfum, terus makan siang dengan menu nasi sabriany, eee nasi briyani.
Setelah berniat, kuberharap bisa melaksanakan badal umroh untuk mamak Rahimahallah. Bagiku umrah kali ini tentang keikhlasan dan kesabaran. Sebelum keberangkatan telah berkonsultasi dengan Kak Dini, dokter Obgyn (Obstetri dan Ginekologi) untuk konsumsi obat penahan haid. Saat umroh pertama, dahulu aku mengonsumsi lutenyl, karena jadwal keberangkatanku mendekati tanggal haid.
Pulang dari Thaif, malam hari 23.00 atas ajakan Rindy dan Bu Thati akhirnya ke Gua Hira. Di sana tempat Rasulullah menerima wahyu pertama. Perjalanan mendaki bukit menuju gua tersebut kurang dari satu jam. Dari tempat ini akan tampaklah pemandangan Kota Makkah secara keseluruhan.. Jika taka da bangunan lain yang mneutupi Kabbah, maka akan terlihatlah Kabbah dengan jelas dari sana. Dalam perjalanan turun, aku berhenti dan tak sengaja bertemu dengan Rindy dan Bu Thati.
“Kan gak lucu yah kita perjalanan naik ke atas, sementara Kak Irma perjalanan turun,” kata Rindy.
Kedatanganku atau pertemuan tak terencana tersebut, ternyata sekaligus menjadi penyemangat buat mereka berdua untuk sampai ke atas.
Ahad, 21 April 2024
Sejujurnya aku kurang tidur. Pulang dari Gua Hira istirahatku cuma 2 jam, tetapi demi memenuhi nazar badal umroh untuk almarhum Mama, kukuatkan diri setangguh-tangguhnya. Seperti biasa, usai menunaikan salat tahajud, subuh hingga dhuha, kemudian kembali ke hotel. Rencana hari ini adalah ke Jabal Rahmah. “Ya Allah mohon berikan aku kekuatan. Badanku serasa oleng.”
Saat melakukan badal umroh, ketika sai dan telah masuk putaran kelima, kakiku sakit seperti ingin berhenti saja, aku mau menyerah. Menggerakkan jemari juga terasa berat. Namun, seakan-akan ada yang berbisik, “Kamu lari maraton bisa, naik gunung bisa. Ini sai untuk almarhum Mamak tidak bisa.”
Terasa tertantang kupacu langkahku, kubulatkan tekad badal umroh harus selesai.
Karena penasaran, setiap masuk ke Masjidil Haram aku selalu melewati tempat disemayamkan jenazah. Di Masjidil Haram setiap selesai menunaikan salat berjamaah, selalu ada selalu salat jenazah. Penyelenggaraannya berlangsung setiap rangkaian salat lima waktu. Subhanallah, betapa banyak yang berpulang di sini dan Masya Allah betapa beruntungnya mereka bisa berpulang di tempat ini dan disalati oleh ribuan jemaah.