Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Saya Pu' Hati Tertinggal di Biak

4 Februari 2020   19:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   19:48 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu aktivitas masyarakat baru kembali dari melaut, maka nampaklah ikan-ikan yang besar dan harganya yang bagiku murah.  "Waktu itu harga ikannya Rp. 200.000 per ekor. Murah kan ikannya!" Sehabis melihat aktivitas masyarakat, aku pun beralih ke pinggir pantai sambil menikmati suasana hari itu.

Basil tangkapan nelayan  di Pantai Samber (dok. pribadi)
Basil tangkapan nelayan  di Pantai Samber (dok. pribadi)

Telaga Biru Samares

Ide untuk mengunjungi telaga biru Samares berasal dari Nando. "Yuk, ke Samares!", ajakannya sulit kutampik, padahal hari itu aku sedang berpuasa dan besok adalah Hari Raya Idul Adha. Untuk mencapai tempat ini, kami harus bertanya.

Meski demikian, kami tetap tersesat. Awalnya kami menggunakan kendaraan roda empat, sampai akhirnya bertemu jalan yang sudah tidak bisa dilalui, baik itu roda empat maupun roda dua.

Yup, hanya dengan berjalan kaki menuruni bebatuan yang menghalangi jalan. Kondisi perjalanan, yang harusnya hanya untuk wisata, tertambahkan dengan sedikit rona petualangan. Hujan pun yang turun, tak sempat diantisipasi dengan membawa jas hujan, mantel, atau payung.

Untung alam sekitar menyediakan tanaman berdaun lebar yang memiliki zat anti basah. Hanyalah daun talas yang dipakai sebagai payung. Rasa petualangan itu terbaca pada kawanku, Diani. Kondisi medan, yang dilalui membuat ia harus duduk di jalan, karena kecapekan dan memberi sinyal, "Aku menyerah, tak sanggup melangkah lebih jauh".

Sinyal itu kami abaikan, dengan saling memompa semangat, ditambah dengan asupan tekad dan keinginan yang mengebu-gebu, kami memaksakan diri menggerakan engsel lutut, menyusuri jalan, sampai akhirnya kami bertemu dengan pertigaan.

Kami membagi tim, ada yang ke arah kiri, kanan dan tengah. Yang mengarah ke kiri, hanya bertemu dengan laut lagi. Pembagian tiga jalur itu, tak berhasil. Ternyata tak ada yang menemukan telaga biru.

Akhirnya, setelah lelah mencapai tahap final,  kami memutuskan duduk di pantai sambil menikmati cemilan. Peruntungan belum berakhir, ketika bertemu dengan sepasang suami istri. Setelah mengisahkan kegagalan pencarian, pasangan ini berbaik hati untuk mengantar kami ke telaga. Entah bagaimana pasangan ini, yang hanya menggunakan satu jalur, bisa menemukan lokasi. Kami yang jomblo ini, sudah membagi diri hingga tiga, seperti amoeba, tapi hanya bertemu pada titik kelelahan. Barangkali begitulah pernikahan, selalu menemukan hal yang dikehendaki, karena mereka menyatukan hati. Entahlah, mungkin suatu hari bisa kubuktikan.

Saat menemukan tempat ini, rasa lelah hilang seketika. Warna biru dengan air yang sangat jernih dan dingin, banyak pepohonan yang mengelilingi telaga ini.  Kata Nando, "Harus berenang, khan udah jauh-jauh ke sini," lalu lanjutnya, "masa cuma kena percik-percik air. Harus berenang, biar rasa capek  terbayarkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun