Mendidik anak sesuai zamannya
Anak kecil, termasuk cucu, adalah kunci masa depan bangsa. Mungkin, kita tidak menikmati perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.Â
Anak dan cucu kitalah yang akan merasakan dan menjalaninya. Mereka juga yang akan menjalani kehidupan di era kecerdasan buatan.
Anak akan menjalani kehidupan yang berbeda dengan orang tuanya. Mereka (akan) hidup dalam tatanan dunia yang baru.Â
Socrates, Filsuf agung asal Yunani, punya nasihat yang bagus untuk orang tua: jangan paksakan anak mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu.
Orang tua punya peranan yang penting dalam mengakselerasi pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK. Orang tua dituntut mendidik anak sesuai dengan zamannya. Bila tidak, maka itu akan menjadi salah satu kegagalan terbesar orang tua; tidak mendidik anak sesuai zamannya.
Di masa sekarang mendidik anak dengan metode lama tidak lagi relevan. Orang tua perlu mendisrupsi dirinya sendiri, beradaptasi dengan perkembangan zaman.Â
Mendidik anak harus sesuai dengan kebutuhannya, bukan keinginan orang tua. Tujuannya, supaya anak kita relevan dengan zaman dan tidak kehilangan esensi sebagai manusia.
Memasuki era kecerdasan buatan, Indonesia dan dunia membutuhkan manusia yang punya kreativitas dan empati. Selain institusi pendidikan, orang tua berperan mendidik anak menjadi kreatif dan punya empati sejak dini. Anak kecil, pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar, suka meniru dan berimajinasi.
Orang tua harus menolong anaknya agar senantiasa melatih dan meningkatkan imajinasi. Mendongeng, bermain bersama anak, membacakan buku adalah beberapa contoh yang bisa orang tua lakukan untuk menumbuhkembangkan imajinasi anak.
Anak yang mampu mengembangkan dan melatih imajinasinya sejak kecil tidak akan kesulitan menjadi pribadi yang kreatif dan berempati.Â