Zakat dan Pajak: Perspektif Ahli dan Karakter Pemimpinnya
Ketika seorang murid dengan polosnya menjawab bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang kaya untuk diberikan kepada fakir miskin, sedangkan pajak adalah uang yang diambil dari fakir miskin untuk diberikan kepada orang kaya, pernyataan itu tidak sekadar lucu, tetapi menyentuh persoalan serius dalam pengelolaan keuangan publik.
Untuk memahami lebih dalam, mari kita lihat perspektif para ahli dan pengaruh karakter pemimpin dalam pelaksanaan keduanya.
Perspektif Ahli tentang Zakat dan Pajak
Menurut Dr. Yusuf Al-Qaradawi, zakat merupakan instrumen keuangan Islam yang bertujuan menciptakan keseimbangan sosial melalui redistribusi kekayaan. Dalam sistem zakat, orang kaya diwajibkan untuk membantu yang kurang mampu berdasarkan kadar tertentu.
Ini adalah wujud keadilan sosial dalam Islam yang bersifat spiritual, sekaligus konkret. Zakat tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga menyembuhkan hati dari sifat kikir dan egoisme.
Sebaliknya, pajak menurut para ekonom seperti Adam Smith dalam The Wealth of Nations, merupakan kewajiban setiap warga negara untuk mendukung kebutuhan negara dalam memberikan pelayanan publik. Pajak bertujuan menciptakan pemerataan ekonomi melalui pembangunan, meskipun realisasinya bergantung pada transparansi dan tata kelola pemerintah.
Namun, para ahli juga mencatat bahwa pajak sering kali menjadi beban berat bagi masyarakat kecil, terutama ketika sistemnya tidak progresif. Bahkan, Joseph Stiglitz, seorang ekonom terkenal, mengkritik sistem perpajakan yang cenderung menguntungkan korporasi besar sehingga menciptakan ketimpangan sosial yang semakin dalam.
Pengaruh Karakter Pemimpin dalam Implementasi
Pelaksanaan zakat dan pajak sangat bergantung pada karakter pemimpinnya. Pemimpin yang adil, transparan, dan bertanggung jawab akan memastikan bahwa kedua instrumen ini digunakan sesuai dengan tujuan utamanya.
Dalam konteks zakat, pemimpin yang berintegritas akan mendorong pengelolaan zakat secara profesional, sehingga dana zakat benar-benar disalurkan kepada kelompok yang membutuhkan.
Sebagai contoh, Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang tegas dalam mengelola zakat. Di masa pemerintahannya, zakat didistribusikan dengan baik hingga tidak ditemukan orang miskin di wilayah kekuasaannya. Karakter kepemimpinan seperti ini menunjukkan pentingnya keteladanan dalam pengelolaan keuangan publik.