Cabut Malam: Sebuah Pelajaran Penting Sekolah Berasrama
Cabut Malam yang Tak Terlupakan
Asrama sekolah disiapkan dan dikenal dengan aturan ketat untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Namun, suatu malam, Radhit dan teman-temannya memutuskan untuk melanggar aturan dengan "cabut malam" karena rasa bosan dan ingin menguji keberanian mereka. Mereka juga penasaran bagaimana wajah kota malam hari.
Mereka pun menyusun siasat, keluar diam-diam melalui pintu jemuran di belakang asrama. Mereka melewati semak-semak tepatnya menuju pemukiman warga. Tujuan mereka bermain PlayStation di depan ISI (Institut Seni Indonesia) di kota itu.
Meski rasa takut menyertai, mereka tetap semangat melangkah mantap menuju ke sana. Mereka sampai di tujuan. Mereka pun bermain selama 1 jam. Setelah bermain selama satu jam, mereka kembali ke asrama tak lupa membeli makanan di perjalanan.
Namun, di simpang delapan, mereka bertemu Ustadz Zul. Ternyata ustadz itu mencari mereka. Mereka ketahuan melanggar. Mereka pun digiring dan diperintahkan kembali ke asrama. Di sisa malam itu mereka tidur tak tenang.
Esoknya, mereka diminta membuat surat pernyataan dengan tanda tangan orang tua dan menjalani sanksi membersihkan asrama selama satu bulan.
Beberapa hari kemudian, kepala madrasah memutuskan mereka harus pulang sementara untuk introspeksi dan memperbaiki diri. Kejadian ini menjadi pelajaran penting tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari setiap tindakan. Untung saja sudah siap ujian. ***
Asrama merupakan lingkungan yang dirancang untuk mendidik siswa agar menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab. Namun, seperti halnya remaja pada umumnya, mereka memiliki rasa penasaran dan keinginan untuk melanggar aturan itu kadang sulit dikendalikan.
Kisah Radhit dan temannya yang memutuskan untuk "cabut malam" dari asrama adalah contoh nyata bagaimana dorongan untuk melakukan hal-hal baru, meski salah, bisa mengalahkan rasa takut terhadap alam, semak-semak, dan konsekuensi.