Menurut pendidikan holistik, tugas guru mencakup memberikan perhatian pada perkembangan karakter siswa agar menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli, dan disiplin. Ketika kepala sekolah menekankan bahwa tugas guru hanya mengajar, ini bisa membatasi ruang lingkup peran guru dalam mendidik karakter siswa.
Pendidikan yang berfokus pada keseluruhan aspek diri siswa tidak hanya menghasilkan individu cerdas secara akademis, tetapi juga berintegritas dan empati. Bila kepala sekolah hanya berfokus pada mengajar, berarti guru hanya bertanggung jawab kepada siswa di kelas saja. Lalu jam istirahat bagaimana?
Tuntutan Administratif dan Manajemen Beban Kerja: Perspektif Manajemen Pendidikan
Selain mengajar, dalam praktiknya, guru sering kali dihadapkan pada berbagai tugas administratif. Menurut Henry Mintzberg dalam teorinya tentang peran manajerial, organisasi yang efektif adalah yang dapat membagi peran dan tanggung jawab dengan bijaksana.
Dalam konteks sekolah, Mintzberg berpendapat bahwa seorang kepala sekolah sebaiknya mendukung guru dengan manajemen yang efisien untuk meminimalisir beban administratif.Â
Pandangan ini selaras dengan temuan Darling-Hammond yang menunjukkan bahwa dukungan struktural dan administratif memungkinkan guru untuk lebih berfokus pada peran pendidikan dan interaksi dengan siswa.
Jika kepala sekolah terus menekankan bahwa tugas utama guru hanya mengajar tanpa memperhitungkan tantangan administratif yang mereka hadapi, ini bisa menjadi kendala atas ekosistem pendidikan.Â
Tugas administratif yang tinggi dapat mengurangi waktu persiapan mengajar, sehingga berdampak pada kualitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa.
Berikut dampak yang lebih sesuai dengan konteks kepala sekolah tersebut:
1. Beban Psikologis dan Perasaan Guru Tertekan
Ketika kepala sekolah terus mengulang-ulang bahwa tugas guru hanya mengajar, terutama saat ada masalah perilaku siswa, hal ini dapat menciptakan tekanan psikologis.