Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ingin Tetap Dihargai Siswa Meski Usia Bertambah

20 Oktober 2024   20:24 Diperbarui: 20 Oktober 2024   20:25 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid sedang belajar: Foto dokpri Yusriana

Dengan mencintai diri sendiri, kita memancarkan rasa percaya diri yang membuat orang lain, termasuk anak-anak dan murid-murid terus menghargai kita.

6. Kebijaksanaan yang telah kita kumpulkan sepanjang hidup juga merupakan aset berharga yang patut dibagikan.

Sebagai guru, kita memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan yang bisa bermanfaat bagi generasi muda. Membagikan kebijaksanaan ini tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkuat peran kita sebagai figur penting dalam kehidupan anak-anak dan murid-murid.

Hal ini mengingatkan mereka bahwa kita masih memiliki kontribusi yang bernilai, meskipun usia kita terus bertambah.

7. Terakhir, tetap terlibat secara sosial adalah kunci untuk merasa dihargai di usia lanjut. 

Dengan tetap aktif dalam komunitas atau menjaga hubungan sosial, kita memperkuat rasa keterikatan dan kepedulian dari orang-orang di sekitar kita. Ketika kita terus berinteraksi dan terlibat, kita menunjukkan bahwa usia bukanlah penghalang untuk tetap relevan dan dihargai dalam lingkungan sosial kita.

Dengan menjaga kebiasaan-kebiasaan ini---belajar seumur hidup, bersyukur, menjaga aktivitas fisik, membangun hubungan yang kuat, mencintai diri sendiri, membagikan kebijaksanaan, dan tetap terlibat sosial---kita bisa memastikan bahwa penghargaan dari anak-anak dan orang-orang terdekat tetap terjaga seiring bertambahnya usia. 

Sebagai guru, kita memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter anak-anak, dan dengan menunjukkan teladan yang baik, kita dapat terus dihormati dan dihargai oleh mereka.

Di sore yang syahdu itu, matahari perlahan tenggelam di balik pepohonan, menyisakan warna jingga yang lembut menghiasi langit. Ibu Widia duduk di kursi goyang di teras rumahnya.

Ia menatap jauh ke arah gerbang. Anak-anaknya baru saja pergi. Suara deru mobil mereka semakin lama semakin sayup, hingga akhirnya hilang di kejauhan.

"Seperti kilat," bisik Ibu Widia dalam hati. Kedatangan anak-anaknya begitu singkat, hanya beberapa jam saja. Mereka berbincang, tertawa, mengenang masa lalu, tapi semuanya terasa begitu cepat berlalu. Rina membawa buah tangan, Doni mengisahkan pekerjaannya yang sibuk, dan Sari sibuk dengan ponselnya sesekali. Meski senang melihat mereka, Ibu Widia menyadari sesuatu---ada kesenjangan yang tak kasat mata. Entah apa yang hilang, tetapi ada rasa yang tak sepenuhnya hadir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun