Zulhas berharap kepada masyarakat agar sadar akan bahaya menggunakan pakaian bekas. Kita juga diharap agar menghargai brand fashion lokal untuk mendukung  UMKM  di negara kita sehingga dapat membantu perekonomian Indonesia lebih baik.
Agar masyarakat Indonesia menghindari pemikiran  budaya thrifting, Zulkifli Hasan, selaku Menteri Perdagangan, berupaya membatasi pergerakan masuknya barang-barang impor. Budaya 'Biarlah 3 Seratus Ribu Asal Baru daripada Memakai Barang Thrifting' memang perlu digalakkan.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat "Biarlah 3 Seratus Ribu Asal Baru daripada Memakai Barang Thrifting' dan selalu mencintai produk-produk lokal memang perlahan disosialisasikan.
UMKM pun perlu memproduksi barang dalam negeri melalui cara perkembangan inovasi dan kreativitas agar menarik minat masyarakat sehingga tak lagi menggandrungi atau memilih produk pakaian impor. Harga pun tentu tanggung jawab pemerintah.
Kenangan Berburu Isi Saku Pakaian Bekas
Kebiasaan warga senang gratisan, instan, dan menggiurkan ada lho pada kenangan berburu barang bekas. Misi pedagang barang bekas ada terselubung. Konon teman saya dan beberapa penjual pakaian bekas mengaku mereka mendapat bonus barang dalam saku baju bekas impor itu.
Teman saya dapat jam tangan di saku baju dan pedagang ada pula dapat perhiasan dan uang dolar. Inilah sisi unik mereka ketagihan menggeledah baju-baju bekas itu. Sempat menjadi rutinitas bagi mereka bila ada baju bekas masuk pasar. " Ada barang baru pagi ini! Buruan ke pasar!"
He he he. Saya suka geli melihat kurenah mereka. Seiring waktu, para penjual baju bekas impor itu pun mulai cerdik. Mereka geledah dulu satu per satu barang dagangannya barulah dilempar ke pasar. Sejak itu baju bekas pun kurang populer lagi di kota kami.
Kemudian di pertengahan 2022 lalu buming lagi. Tapi khusus baju-baju dingin panjang. Tapi hanya beberapa yang berburu. Prinsip, Biarlah 3 Seratus Ribu Asal Baru daripada Memakai Barang Thrifting mulai merasuki masyarakat demi kesehatan, katanya. Good job, teman. Good decision.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H