Thrifting berasal dari bahasa Inggris, thrift. Kata thrift atau thrifting artinya hemat atau penghematan. Artian ini mengacu pada perilaku hemat. Hemat terhadap uang yang akan dikeluarkan. Misalnya, berbelanja produk yang lebih murah.
Thrifting mengarah pada kegiatan berbelanja produk bekas. Harga yang dinilai lebih murah, sehingga lebih hemat. Thrifting seperti berbelanja produk bekas, biasanya berupa produk lokal maupun impor.
Thrifting tersebut menjadi tren di masyarakat global, termasuk di Indonesia. Thrifting biasa dilakukan berupa membeli produk bekas di toko khusus yang menjual produk bekas atau yang disebut thrift shop.
Tentang apa itu thrifting ramai dibahas. Apalagi sehubungan adanya larangan impor pakaian bekas di Indonesia. Pro kontra dari penggemar thrifting berdatangan. Langkah pemerintah melarang impor baju bekas berdampak pada kebiasan membeli baju bekas.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, impor baju bekas disetop dulu. Impor baju bekas dinilai merugikan industri dalam negeri. Impor pakaian bekas, sangat mengganggu, industri dalam negeri. Itu kata beliau.
Sewaktu si sulung mau kuliah, adik saya bilang, "Kak, baju dan celana impor bagus-bagus di Bukittinggi...." Bla-bla-bla begitu ia promo. Nanti saja deh pas mau ke Jakarta jawab saya kala itu.
Kebetulan anak saya waktu itu belum jelas kapan oflinenya kuliah. Kemudian saya tanya kepada si sulung, perlu tidak bang kita beli yang dibilang antemu. Ia jawab dengan ringan. Tak usahlah Ma, kita jahit saja.
Kebetulan anak-anak memang tak biasa pakai kemeja dan celana jeans. Mereka lebih nyaman pakai baju bola. He he he. Tapi kuliah tak mungkin pakai baju bola dong.
Akhirnya kami pergi ke tukang jahit. Bikin kemeja 3 dan celana jahit 3. Tiga stel ya. Kemudian saya tambah beli kemeja putih, koko, dan baju kaus serba 35 ribu.
Anak kost fashionnnya biarlah 3 seratus ribu asal banyak. He he he. Soalnya, sibuk dan malas nyuci serta seterika, kan. Lagi pula buatan dalam negeri meski murah tapi baru dan steril. Tak mengganggu kesehatan.
Memang, mengimbangi barang thrift sekarang sedang trend baju kaos serba 35 ribu di kota kami. Ada juga 3 seratus ribu atau 5 seratus ribu lho. Lebih hemat.
Dulu saat saya kuliah pernah juga diajak teman  Thrifting. Saya menganggap bahwa aktivitas thrifting sangatlah menguntungkan. Selain harga murah, barang yang didapatkan juga unik. Jarang dijual di pasaran.
Saya setuju, bahwa pakaian yang dijual pada thrift shop lebih kuat, tebal, dan lebih awet. Hanya saja bau di lapak thrift sangat kuat. Saya trauma ke sana. Makanya ketika ditawari adik pun saya tak berminat. Masih menguap baunya di hidung saya bila ingat lapak itu.
Sampai di rumah kos, dua baju kaus itu saya biarkan diguyur hujan 3 hari 3 malam. Lalu direbus dan dicuci bersih. Memang kualitas bagus.
Pakaian tersebut sudah dipakai berulang kali tetap tak mudah rusak dibandingkan dengan pakaian yang dijual pada fast fashion dalam negeri (pakaian murah dan berkualitas rendah kata penggemar thrift) walaupun hanya dipakai beberapa kali saja sudah pudar.
Namun, perlu kita ketahui bahwa memakai pakaian bekas luar dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan, terutama kesehatan kulit. Apalagi kulit sensitif seperti saya dan anak-anak.
Hasil observasi dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu Barang, atas sampel pakaian bekas yang diujinya mengandung jamur kapang.
Pernahkah Anda mendengar Jamur Kapang?
Jamur Kapang sebagaimanan disebutkan pada laman ahligizi.id, merupakan jamur benang atau disebut dengan kapang. Jamur itu golongan fungi berfilamen, berupa hifa dan dinamakan dengan miselium.
Jamur ini biasa tumbuh di permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah dan juga biasa tumbuh pada pakaian-pakaian bekas. Sekilas memang tak kelihatan pada pakaian bekas.
Jamur kapang pada pakaian bekas disebabkan udara yang lembab dan kurangnya aliran udara pada pakaian. Jamur memiliki ciri-ciri berwarna putih atau terkadang berwarna hitam kehijauan.
Seperti saya sebut di atas, beraroma khas seperti bau apek bahkan bau tanah bercampur bau ketek. Terkadang beberapa jamur ketika disentuh memiliki tekstur berlendir dan lengket terasa pada telapak tangan.Â
Keberadaan jamur kapang biasanya di permukaan pakaian kadang bisa dilihat dengan mata telanjang dan kadang tidak.
Penyakit yang muncul akibat dari paparan jamur kapang
Penyakit apa yang muncul akibat jamur kapang? Penyakit yang timbul antara lain, gatal-gatal, reaksi alergi pada kulit, efek beracun iritasi, dan bisa infeksi disebabkan pakaian tersebut melekat pada tubuh.
Racun pada jamur kapang tentunya berbahaya bagi kesehatan kita. Ternyata jamur tak akan hilang walaupun pakaian tersebut sudah saya biarkan 3 hari 3 malam diguyur hujan, direndam dengan air panas dan dicuci berkali-kali.
Menteri Perdagangan Beraksi pada Pakaian Bekas Diimpor
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan melakukan aksi pemusnahan pakaian bekas impor. Beliau memusnahkan sebanyak 750 bal. Setiap bal pakaian bekas itu berjumlah sekitar 300 - 400 potong pakaian bekas.Â
Diperkirakan harga satuan barang bekas itu senilai delapan miliar hingga sembilan miliar. Berdasarkan hasil pengawasan beliau selama 3 bulan, terhitung dari Juni sampai Agustus 2022.
Pakaian bekas impor itu sebagian dibakar di Kawasan Pergudangan Grasia, Karawang, Jawa Barat. Aksi ini tentu mendatangkan sikap pro dan kontra masyarakat thrift. Aksi itu salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam penegakan hukum terkait adanya pelanggaran bidang perdagangan dan perlindungan konsumen di negara kita.
Pakaian bekas dilarang diimpor dari luar negeri tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021. Telah mengalami perubahan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022.Â
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Bekas, Dilarang Ekspor dan Barang Bekas Dilarang Impor.
Zulhas berharap kepada masyarakat agar sadar akan bahaya menggunakan pakaian bekas. Kita juga diharap agar menghargai brand fashion lokal untuk mendukung  UMKM  di negara kita sehingga dapat membantu perekonomian Indonesia lebih baik.
Agar masyarakat Indonesia menghindari pemikiran  budaya thrifting, Zulkifli Hasan, selaku Menteri Perdagangan, berupaya membatasi pergerakan masuknya barang-barang impor. Budaya 'Biarlah 3 Seratus Ribu Asal Baru daripada Memakai Barang Thrifting' memang perlu digalakkan.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat "Biarlah 3 Seratus Ribu Asal Baru daripada Memakai Barang Thrifting' dan selalu mencintai produk-produk lokal memang perlahan disosialisasikan.
UMKM pun perlu memproduksi barang dalam negeri melalui cara perkembangan inovasi dan kreativitas agar menarik minat masyarakat sehingga tak lagi menggandrungi atau memilih produk pakaian impor. Harga pun tentu tanggung jawab pemerintah.
Kenangan Berburu Isi Saku Pakaian Bekas
Kebiasaan warga senang gratisan, instan, dan menggiurkan ada lho pada kenangan berburu barang bekas. Misi pedagang barang bekas ada terselubung. Konon teman saya dan beberapa penjual pakaian bekas mengaku mereka mendapat bonus barang dalam saku baju bekas impor itu.
Teman saya dapat jam tangan di saku baju dan pedagang ada pula dapat perhiasan dan uang dolar. Inilah sisi unik mereka ketagihan menggeledah baju-baju bekas itu. Sempat menjadi rutinitas bagi mereka bila ada baju bekas masuk pasar. " Ada barang baru pagi ini! Buruan ke pasar!"
He he he. Saya suka geli melihat kurenah mereka. Seiring waktu, para penjual baju bekas impor itu pun mulai cerdik. Mereka geledah dulu satu per satu barang dagangannya barulah dilempar ke pasar. Sejak itu baju bekas pun kurang populer lagi di kota kami.
Kemudian di pertengahan 2022 lalu buming lagi. Tapi khusus baju-baju dingin panjang. Tapi hanya beberapa yang berburu. Prinsip, Biarlah 3 Seratus Ribu Asal Baru daripada Memakai Barang Thrifting mulai merasuki masyarakat demi kesehatan, katanya. Good job, teman. Good decision.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H